Minggu, 24 Mei 2009

Memulai Ketaatan

Bismillah Wal Hamdulillah. Ya Rabb Pemilik jagad raya beserta seluruh Isinya, dengan Ilmu dan rahasiaMu yang Maha Mengagumkan. Ya Allah Ampuni gadis kecil ini, yang hanya ingin menjadi berharga dalam masa mudanya, yang mengemis cintaMu tanpa henti, meski kadang hamba terperosok dan khilaf karena hamba kurang mengingatMu.
Dari Abu Hurariah r.a., dari Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Ada tujuh golongan yang mendapat naungan dari Allah SWT pada hari kiamat kelak, di mana tidak ada sama sekali naungan pada hari itu melainkan naungan dari Allah SWT;

1. Imam (raja atau penguasa) yang adil,
2. Pemuda yang menjadi dewasa dalam beribadat kepada Allah,
3. Orang yang hatinya tergantung di masjid,
4. Dua orang yang saling mencintai satu sama lain kerana Allah. Mereka berkumpul kerana Allah dan berpisah kerana Allah.
5. Seorang laki-laki yang dirayu oleh seorang wanita bangsawan yang cantik untuk berbuat mesum, lalu dia menolak dengan kata, 'Aku takut kepada Allah.'
6. Orang yang bersedekah dengan diam-diam, sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kirinya.
7. Orang yang mengalir air matanya ketika berzikir, mengingat dan menyebut nama Allah dalam keadaan bersunyi diri kerna mengingatkan sifat Jalal dan sifat Jamal Allah SWT."
(Shahih Muslim, diriwayatkan juga oleh Abu Daud dan Ibnu Majah)

Sungguh berat menjalani kesabaran untuk mencapai ketaatan kepada Allah. Dunia yang berdandan dengan kemewahan dan kesenangan, lingkungan yang jauh dari syariat, kawan yang saling menjerumuskan, kawan yang tidak pernah mengingatkan, kawan yang mengajak bersenang-senang.. Ya Rabb, tidak ada yang lebih baik dari menutup mata terhadap kemaksiatan,,,

Tidak ada kata berhenti untuk mengejar keshalehan., sekali terjatuh dalam khilaf dan kemaksiatan, jangan putus asa dari Rahmat Allah.. karena keburukan akhlak bukanlah takdir, bukanlah hal yang tidak bisa dirubah. Bersegaralah untuk menjadi muslim yang kaffah (sempurna dalam menjalankan syariat Islam)… jangan pernah berkata bahwa diri sendiri buruk, penuh maksiat, dan tidak mau berubah sebelum Allah takdirkan, sebelum Allah tetapkan saatnya, sebelum Allah datangkan hidayah… Ikhwah, pemikiran seperti itu adalah salah besar, Allah telah menetapkan dalam diri manusia itu fitrah yang condong kepada kebaikan, dan nafsu. Setiap manusia mendapat risalah dari Allah yang seringkali tidak ia sadari,baik dalam bentuk teguran dari sahabat, mendengar ceramah, kejadian alam, hingga melalui mimpi. Jika orang tersebut mengikuti risalah yang bersumber dari Allah tersebut, dan bersegera untuk menjadi Muslim yang bertaqwa (menjalankan perintah Allah, menjauhi Larangan-Nya), maka ia telah mengalahkan nafsunya. Namun jika ia tidak mau menaati Allah dan mengabaikan risalah yang datang padanya, maka tunggu pada saat Allah mendatangkan keputusan-Nya, ketika Allah kunci mati hatinya..!

Alhamdulillah, sekarang ini banyak ukhti-ukhti para muslimah yang telah mengenakan khimar/kerudung (kain yang menutup kepala hingga dada), Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Tapi ada yang sedikit disayangkan, mereka mengenakan khimar tersebut beserta celana jeans ketat atau baju pendek, atau ukhti tersebut mengenakan kerudung yang pendek, tidak sampai menutup ke dada atau juga, kerudung mereka kadangkala masih dilepas, *ketentuan
selanjutnya baca…
* Atau, ada yang melepas khimarnya di dalam rumah, diperbolehkan, tapi ingat…lihat dulu, harus dipastikan di dalam rumah tidak ada yang bukan muhrim.

Sebagai sesama muslim, saudara fillah, kita harus selalu mengingatkan. Mungkin saja ukhti-ukhti tersebut tidak mempelajari hukum syariat lebih lanjut, sehingga mereka belum paham akan aturan-aturan dalam pakaian muslimah. Atau mungkin di lingkungan keluarga dan pertemanan, tidak ada orang-orang yang mendorong dan memberikan nasihat untuk membentengi keimanan mereka.

Maka ingatlah firman Allah:

#وَالْعَصْرِ
#إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ #وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (Al-Ashr:1-3)”

Marilah kita berusaha menjadi orang-orang yang beruntung dengan beramal shalih dan saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran, jangan berhenti untuk belajar, disaat iman terasa mulai menipis, segeralah perbanyak ibadah dan mengingat Allah subhanahu wa ta’ala, mencari teman yang shalih, membaca buku-buku agama, mendengarkan ceramah, dan jauhi terlalu banyak candaan, bersenang-senang hingga lalai mengingat Allah, dan teman yang mengajak kepada maksiat.

Saudaraku fillah, ketaatan tidaklah mudah, mungkin pahit pada awalnya, tapi manis jika ikhlas dijalani, dan berujung pada ridho Allah subhanahu wa ‘ta’ala..
Ya Allah Maha Luas Ilmu-Mu, tiada daya upaya selain pertolonganMu, mudahkan kami menjalankan ketaatan, mudahkan dan bukakan hati kami untuk menerima kebaikan dan petunjuk dariMu..aamiin ya Rabb…


Sabtu, 16 Mei 2009

Buku Bagus...Buku Bagus.... ^o^


ESQ for Teens : Ginanjar Agustian & Ridwan Principles
Membaca Buku ini, rasanya seperti mengikuti training ESQ langsung! Mau tau gimana caranya jadi remaja yang PeDe? Atau gimana sih caranya menumbuhkan jiwa kepemimpinan Kamu? Di dalam buku ini, kamu juga diajarin cara membangun visi dalam hidup… so, hidup kamu Insya Allah akan lebih terarah



17 Habaib Berpengaruh di Indonesia : Abdul Qadir Umar Mauladawilah
Buku ini berisi biografi dan peranan 17 Ulama Dzuriyat (keturunan) Rasulullah di Indonesia. Buku ini juga dilengkapi dengan 210 foto-foto 17 Habaib tersebut. Di dalamnya terdapat kisah dan tauladan kaum shalihin sehingga menyejukkan hati dan akan membuat para pembaca terasa sangat dekat dengan mereka.


Astagfirullah: Islam Jangan Dijual : Eko Prasetyo
Masih dengan ciri khas Bang Eko Prasetyo yang ‘pedas’ dan ‘tajam’ dalam tulisan-tulisannya, kali ini kita diajak untuk memikirkan lebih keras bahwa kini, Islam sering dijual dan dijadikan label di pasaran! namun ternyata, sebagian besar dari ummat muslim tidak menyadarinya… so, kalo mo jadi Muslim yang pinter, baca deh buku ini!




Mengenal Aliran-aliran dalam Islam dan Ciri-ciri Ajarannya : Drs. KH.M.Sufyan Raji Abdullah, Lc.
Di dalam buku ini kamu bisa menemukan sejumlah Aliran, faham, Firqoh, hingga aliran kebatinan beserta sejarah berdirinya juga pembahasan dan cirri-ciri ajarannya sehingga kamu bisa membandingkan dengan firqoh Najiyah yaitu Ahlusunnah wal Jama’ah.

Rabu, 13 Mei 2009

Hak-hak Wanita Dalam Islam


Ketika Islam datang, situasi wanita sangat buruk. Mereka tidak mempunyai hak-hak atau nilai apapun. Islam menyelamatkannya dari kondisi yang buruk ini dan mengangkatnya pada status yang tinggi. Islam membebaskan wanita dari ketidakadilan, dimana mereka tunduk dan menjadikan mereka merasa penting dan sejajar dengan pria.

Gambaran Keadaan Wanita Sebelum Dakwah Islam Datang

A. Wanita di Mata Orang-orang Yunani
Di mata mereka, wanita sangat dilecehkan dan diejek. Sampai-sampai mereka mengklaim kaum wanita sebagai najis dan kotoran dari hasil perbuatan syetan. Bagi mereka, wanita sama rendahnya dengan barang dagangan yang bisa diperjual belikan di pasar-pasar. Wanita boleh di rampas haknya. Tidak perlu diberikan hak bagian harta pusaka dan juga tidak berhak menggunakan hartanya sekalipun.

B. Wanita di Mata orang-orang Romawi
Di zaman Romawi yang orang-orangnya memiliki semboyan cukup terkenal “wanita itu tidak punya ruh”, kaum wanita mengalami berbagai macam siksaan yang kejam. Betapa tidak, sering kali mereka harus menahan panasnya minyak yang dituangkan ke tubuhnya yang sudah diikat di sebuah tiang. Bahkan kadang mereka di ikatkan pada ekor kuda lalu dibawanya lari sekencang mungkin sampai mati.

C. Wanita di Mata Orang-orang Cina
Orang-orang cina menyamakan wanita dengan air penyakit yang membasuh kebahagiaan dan harta. Seorang berkebangsaan Cina berhak menjual istrinya sebagaimana budak perempuan. Apabila seorang wanita Cina menjadi janda, maka keluarga mendiang suami berhak atas dirinya. Jadi, ia seperti barang peninggalan yang bisa diwarisi. Bahka seorang suami berhak mengubur istrinya hidup-hidup.

D. Wanita di mata orang-orang Hindu
Di mata orang-orang Hindu, seorang wanita tidak berhak untuk hidup setelah ditinggal mati oleh suaminya. Pada hari kematian suaminya, ia juga harus ikut mati, atau ia harus membakar dirinya dalam keadaan hidup bersama suaminya.

E. Wanita di mata Orang-orang Persia
Menurut mereka, seseorang boleh saja menikahi ibunya sendiri, saudara perempuan kandung, tante, bibi, keponakannya dan muhrim-muhrimnya yang lain.
Pada saat haid, seorang wanita akan diasingkan ke tempat yang jauh dari luar kota. Terlebih kalau ia kebetulan menjadi istri atau di bwah kekuasaan dictator, maka nasibnya berada di tangan laki-laki itu, mau dibunuh atau dibiarkan hidup.


F. Wanita di Mata orang-orang Nasrani.
Pernah salah seorang yang dianggap suci di antara mereka mengatakan, “sesungguhnya wanita adalah sumber kejahatan, malapetaka yang disukai, sangat penting bagi keluarga dan rumah tangga, pembunuh yang dicintai, dan musibah yang dicari.
Pada tahun 586 M, orang-orang Perancis pernah menyelenggarakan sebuah konferensi untuk membahas masalah ini :
“apakah wanita itu bisa dianggap manusia atau tidak? Apakah wanita itu punya ruh atau tidak? Kalau punya ruh, maka apakah ruhnya itu ruh hewan atau ruh manusia? Kalau ruhnya manusia, apakah ia sama dengan laki-laki atau lebih rendah?”
Akhirnya konferensi itu membuat kesimpulan “sesungguhnya wanita dalah seorang manusia, akan tetapi, diciptakan untuk melayani kaum laki-laki saja”
Undang-undang sipil Perancis pasca revolusi menetapkan, oarng-orang yang tak perlu diperhitungkan adalah anak kecil, orang gila dan wanita, sampai pada tahun 1938 ketetapan itu diganti.

G. Wanita di Mata Orang-orang Arab Jahiliyah
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (An-Nahl: 58-59)”

Pada zaman Jahiliyah dulu, wanita tidak memiliki hak waris. Seorang wanita pada waktu itu tidak mempunyai hak apapun terhadap suaminya. Sebaliknya, seorang suami berhak menceraikan istrinya lalu merujuknya lagi, kemudian menceraikan lalu merujuknya kembali. Apabila seorang suami mati, maka anak yang paling tua bisa mengawini ibu(tiri)nya. Kalau tidak ia berhak mengawinkannya kepada siapa saja yang ia kehendaki.

Dan Islam Rahmatan lil Alamin

Islam telah mengangkat martabat kaum wanita. Pria dan wanita benar-benar sejajar dalam pertimbangan manusia, masing-masing memiliki kemanfaatan atas yang lain.

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al-Isra’ :70).

Ketika kitab suci Al-Qur’an berbicara mengenai manusia atau anak-anak Adam, itu berarti pria dan wanita. Tetapi jika Al-Qur’an ingin menunjuk salah satu di antara mereka secara tunggal, maka akan menggunakan istilah ‘pria’ atau ‘wanita’.

Nabi Muhammad saw menggambarkan hubungan antara pria dan wanita dalam cara berikut:
“wanita adalah saudara perempuan pria, mereka juga memiliki hak dan kewajiban, semua dalam hubungan yang adil dan layak” (dalam sunan Tirmidzi). Penggunaan kata “saudara perempuan” menunjukkan secara jelas mengenai kesetaraan antara mereka. Bagi Allah, pria dan wanita adalah setara kecuali dalam amal kebaikan yang mereka kerjakan.

Sebagaimana Allah swt berfirman :

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (Q.S An-Nahl : 97)”

“Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun. (Q.S An-Nisa: 124)”

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. (Q.S Ali-Imran: 195)”

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S At-Taubah: 71)”

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S Al-Ahzab: 35)

Emansipasi wanita, gerakan yang sangat diagung-agungkan oleh banyak orang, khususnya wanita sendiri, agaknya jangan kebablasan sehingga wanita menjadi lupa diri dan melanggar aturan-aturan Allah swt. Cukuplah Islam mengatur hak-hak, apa yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan oleh wanita dengan sangat sempurna.

Sabtu, 09 Mei 2009

Asal Usul Sebutan Alawiyin

Nenek moyang golongan Sayyid di Hadramaut adalah seorang yang bernama Ahmad bin Isa yang dijuluki Al-Muhajir, yang menurut tradisi telah menetap di negeri itu selama 10 Abad. Ia berasal dari Basora Irak. Kepindahannya ke Hadramaut disebabkan kekusaan dictator kekhalifahan Bani Abbas yang secara turun menurun memimpin umat Islam, mengakibatkan rasa ketidakpuasan di kalangan rakyat. Rakyat mengharapkan salah satu keturunan Rasulullah dapat memipin mereka. Akibat dari kepemimpinan yang dictator, banyak kaum muslim berhijrah, menjauhkan diri dari pusat pemerintahan Baghdad dan menetap di Hadramaut. Imam Ahmad bin Isa keadaannya sama dengan para sesepuhnya. Beliau seorang ‘alim, ‘amil (mengamalkan ilmunya), hidup bersih dan wara’ (pantang bergelimang dalam soal keduniaan). Allah swt mengaruniainya dua ilmu sekaligus, ilmu tentang soal-soal lahir dan ilmu tentang futuhatul-bathin (mengetahui beberapa masalah ghaib). Di Iraq beliau hidup terhormat dan disegani, mempunyai kedudukan terpandang dan mempunyai kekayaan cukup banyak.

Ketika beliau berangkat hijrah dari Iraq ke Hijaz pada tahun 317 H beliau di temani oleh istrinya, Syarifah Zainab bintiAbdullah bin Al-Hasan bin ‘Ali Al-‘Uraidhy, bersama putera bungsunya bernama Abdullah, yang kemudian dikenal dengan nama Ubaidillah. Turut serta dalam hijrah itu cucu beliau yang bernama Ismail bin Abdullah yang dijuluki dengan Bashriy. Turut pula dua anak lelaki dari paman beliau dan orang-orang yang bukan dari kerabat dekatnya. Mereka merupakan rombongan yang terdiri dari 70 orang. Imam Al-Muhajir membawa sebagian dari harta kekayaannya dan beberapa ekor unta ternaknya. Sedangkan putera-putera yang lain ditinggalkan menetap di Iraq.

Tibalah Imam Al-Muhajir di Madinah Al-Muhajir di Madinah Al-Munawwarah dan tinggal disana selama satu tahun. Pada tahun itulah kaum Qaramithah memasuki kota Makkah dan menguasainya. Mereka meletakkan pedang di Al-Hajij dan memindahkan Hajarul-Aswad dari tempatnya ke tempat yang lain yang dirahasiakan. Pada tahun berikutnya Al-Muhajir berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Dari Makkah beliau menuju Asir lalu ke Yaman. Di Yaman beliau meninggalkan anak pamannya yang bernama Sayyid Muhammad bin Sulaiman, datuk kaum Sayyid Ahadilah. Kemudian Imam Al-Muhajir berangkat menuju Hadramaut dan menetap di Hasisah. Imam Al-Muhajir menetap di Hadramaut atas dasar pengarahan dari Allah swt. Sebab kenyataan menunjukkan, setelah beliau hijrah ke negeri itu di sana memancar cahaya.

Terang sesudah beberapa lama gelap gulita. Penduduk yang awalnya bodoh berubah menjadi mengenal ilmu. Imam Al-Muhajir dan keturunannya berhasil menundukkan kaum Khawarij dengan dalil dan argumentasi. Kaum Khawarij tidak mengakui atau mengingkari Imam Al-Muhajir berasal dari keturunan Nabi Muhammad saw. Untuk memantapkan kepastian nasabnya sebagai keturunan Rasulullah saw Sayyid Ali bin Muhammad bin Alwi berangkat ke Iraq. Di sanalah ia beroleh kesaksian dari seratus orang terpercaya dari mereka yang hendak berangkat menunaikan ibadah haji. Kesaksian mereka yang mantap ini lebih memantapkan lagi di Makkah dan beroleh kesaiksian dari rombongan Hujjaj Hadramaut sendiri. Dalam upacara kesaksian itu hadir bebrapa kaum Khawarij, lalu mereka ini menyampaikan berita tantang kesaksian itu ke Hadramaut. Dengan demikian, mantaplah sudah pengakuan masyarakat luas mengenai keutamaan para Ahlul Bait sebagai keturunan Rasulullah saw melalui puteri beliau Siti Fatimah Az-Zahrah dan Imam Ali bin Abi Thalib. Al’Allamah Yusuf bin Ismail An-Nabhani dalam bukunya Riyadhul Jannah mengatakan: “kaum Sayyid Al-Ba Alwiy oleh umat Muhammad saw sepanjang zaman dan di semua negeri telah diakui bulat keturunan maupun kekrabatan, dan mereka itu adalah orang-orang yang paling tinggi ilmu pengetahuan agamanya, paling banyak keutamaannya dan paling tinggi budi pekertinya.”

Al-Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam bukunya “Risatul Muawwanah” mengatakan Al-Imam Muhajir Syekh Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Al-Imam Ja’far Shadiq, ketika menyaksikan munculnya bid’ah, pengobralan hawa nafsu dan perbedaan pendapat yang makin menghangat, maka beliau hijarah dari negaranya (Iraq) dari tempat yang satu ke tempat yang lain hingga sampai di Hadramaut, beliau bermukim di sana hingga wafat.

Ahmad bin Isa, dengan maksud memelihara keturunan dari pengaruh buruk dan kesesatan yang nyata yang telah mewarnai kehidupan kekhalifahan Bani Abbas, turut pula berhijrah dari Basra ke Hadramaut pada tahun 317 H dan wafat di Hasisah pada tahun 345 Hijriah. Imam Ahmad bin Isa mempunyai empat orang putera yaitu Ali, Husein, Ubaidillah dan Muhammad. Ubaidillah hijrah bersamaayahnya ke Hadramaut dan mendapat tiga orang putera yaitu Alwi, Jadid dan Ismail (Bashriy). Dalam tahun-tahun terakhir abad ke 6 H keturunan Ismail dan Jadid punah dalam sejarah, sedangkan keturunan Alwi tetap lestari. Mereka menamakan diri dengan nama sesepuhnya, Alwi yang kemudian dikenal dengan kaum Sayyid Alawiyin (menurut Sayyid Muhammad Ahmad As-Syatri dalam bukunya Siratus-Salaf min Bani Alawi al-Husainiyyin, gelar yang diberikan oleh masyarakat Hadramaut kepada tokoh-tokoh besar Alawiyin ialah ; IMAM, dari abad III H sampai abad VII H, SYAIKH dari abad VII sampai abad XI H, HABIB dari pertengahan abad XI sampai abad XIV, SAYYID dari awal abad XIV), atau dengan logat hadramaut mereka disebut Al-Ba’Alawiy. Sejarawan Hadramaut Muhammad Bamuthrif mengatakan bahwa ‘alawiyin’ atau ‘qabilah Ba’alawiy’ dianggap qabilah yang terbesar jumlahnya di Hadramaut dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika. Qabilah Alawiyin di Hadramaut dianggap orang Yaman karena mereka tidak berkumpul kecuali di Yaman dan sebelumnya tidak terkenal di luar Yaman.

Jauh sebelum itu, yaitu pada abad-abad pertama Hijriah julukan Alawiy digunakan oleh setiap orang yang bernasab kepada Imam Ali bin Abi Thalib, naik nasab atau keturunan dalam arti yang sesungguhnya maupun dalam arti persahabatan akrab. Kemudian sebutan itu (Alawiy) hanya khusus berlaku bagi anak cucu keturunan Imam Al-Hasan dan Imam Al-Hussein. Dalam perjalanan waktu berabad-abad, akhirnya sebutan Alawiy hanya berlaku bagi anak cucu keturunan Imam Alwi bin Ubaidillah. Alwi adalah anak pertama dari cucu-cucu Imam Ahmad bin Isa yang lahir di Hadramaut. Keturunan Ahmad bin Isa yang menetap di Hadramaut ini dinamakan “ALAWIYIN” diambil dari nama cucu beliauAlwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa yang dimakamkan di kota Sumul. Dari keturunan Imam Alwiy bin Ubaidillah muncul sejumlah ‘Ulama-auliya, mereka mengkhususkan perhatian hanya kepada dakwah mengajak manusia kembali kepada kebenaran Allah swt. Setiap orang dari mereka mempunyai sanad (sandaran) yang bersambung ke Rasulullah saw.