Senin, 15 September 2008

JILBAB BUKAN PILIHAN


Suatu hari saya mengirimkan sms terjemahan surah Al-Ahzab ayat 59 : “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”
Dan beberapa saat setelah itu saya langsung mendapat balasan dari sahabat saya “aduh, wan.. saya belum jadi istri, itu ayat kan untuk para istri, jadi ntar aja deh”
Saya langsung balas sms dia “ayat itu ditujukan kepada seluruh muslimah, bukan hanya untuk para istri”

Saya ingat, di infotaiment seorang artis ibukota pernah ditanya apakah di bulan ramadhan ini ia akan merubah penampilannya? Dia jawab “kayaknya bukan sekarang, mending hati dulu dibaikin, elu mau pakai jilbab tapi kelakuan lu belum baik, apa gunanya? Sama aja kan?”
Mungkin, bagi orang yang sependapat dengan artis itu, ia akan manggut-manggut setuju.
Pertanyaannya : apa perintah berjilbab di ayat tersebut hanya ditujukan kepada wanita-wanita yang mulia hatinya?

saya juga nonton, seorang selebriti memakai jilbab lengkap dengan cadarnya. jujur, saya sangat sakit hati melihatnya. bukannya gimana, katanya, ia mengenakan cadar tsb untuk menghormati bulan ramadhan. saya sakit hati, karena ia mempermainkan suatu hal yang menjadi kewajiban. berjilbab bukanlah suatu penghormatan. tetapi sebuah ketaatan! apalagi besoknya ia memakai pakaian seksi lagi. naudzubillahi min dzalik...
Iman itu tidak bisa dibangun oleh perasaan. Tapi dibangun oleh proses berfikir dan ketaatan.
Coba bayangkan, si A beragama Islam hanya karena turunan dari orang tuanya. Dan ketika ia diajak temannya untuk pindah agama, ia akan langsung mengikutinya karena ia merasakan perasaan senang ketika ia telah pindah agama. Inilah bahayanya jika kita mendasari iman dengan perasaan. Tapi jika ia menggunakan akalnya, memikirkan kebesaran Allah, ciptaan-ciptaan Allah, maka hasil berfikirnya akan melahirkan keyakinan yang kokoh yang akan mendasari akidahnya. Jadi, apapun perintah Allah, ia akan langsung melaksanakannya, karena ia percaya, segala hal yang datang dari Tuhannya adalah demi kebaikannya.

Lalu, bagaimana seorang wanita yang berkhimar (menutup rambutnya. Bedakan khirmar dengan jilbab), tetapi mengapa ia masih merokok? Berarti ia belum bisa merubah kelakuannya?
Jawabnya : iya. Karena mungkin ia hanya menjalankan sebagian kewajibannya, tapi meninggalkan yang lain. Ia shalat lima waktu, puasa ramadhan, bersedekah, tapi satu hal yang ia lupakan. IA TAK MENJAGA PERGAULAN. Islam telah mengatur pergaulan antara laki-laki dengan perempuan.
Tidak benar jika ada seorang muslim/muslimah yang pacaran. Tidak ma’ruf jika ada seorang muslimah berkumpul di tengah-tengah sekumpulan laki-laki yang bukan muhrimnya, dan sebaliknya. Dll.

Trus, bagaimana dengan wanita yang mencoba berjilbab, tapi ia tak biasa, karena mungkin ia merasa panas jika memakai baju kurung dan khimar. Saudaraku, yang pertama kita lakukan adalah memperbaiki niat. Yaitu semata-mata karena Allah, untuk menutup aurat. Bukan hanya karena ingin pergi ke pengajian, atau ke sekolah.

Untuk sahabatku, share with me kalau ada yang ngeganjal di hati…

2 komentar:

Anonim mengatakan...

waduh...berat topikknya
ga berani komentar heheheh... :D

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.