Sabtu, 26 September 2009

Umat Islam Hari Ini

sekarang ummat Muslim bak berada di sebuah perahu di tengah lautan yang berombak. Siapa yang pegangannya lemah, maka ia akan mudah tercebur ke laut. Tapi siapa yang pegangannya kuat, ia akan selamat sampai daratan.

Saya merasa kekuatan iman masing-masing muslim sedang diterpa ujian.. ujian untuk mempertahankan kekokohannya, mempertahankan kemanisannya.. dan mempertahankan ridho Allah terus menaunginya… keadaan seperti ini telah ada dalam nubuat Rasulullah beratus-ratus tahun yang lalu..seakan-akan Rasulullah telah mengetahui bahwa semakin lama banyak umat muslim yang jauh dari ibadah, yang jauh dari ulumuddin, jauh dari ulama…


Sekarang dari dalam bangunan Islam, kita dikepung oleh macam-macam firqoh yang kesemuanya mengaku ahlusunnah,, namun kenyataannya, pemikiran mereka amat jauh dari aqidah ahlusunnah… maka kini kita harus berhati-hati..jangan mengikuti sesuatu yang tidak kita ketahui ilmunya… jangan langsung tertarik oleh paham-paham ilberal yang menggerogoti Islam, yang sangat menjujung tinggi akal di atas Al-Qur’an dan sunnah, yang menganggap al-Quran sudah tak revelan untuk zaman ini… , (jika memang alquran sudah tak relevan, mengapa Allah menjadikan Al-Quran sebagai kitab suci umat muslim hingga akhir zaman?) Bukan hanya itu Al-quran sudah ditafsirkan sekehendak nafsu mereka hingga homoseksual dihalalkan, poligami diharamkan, wanita menjadi imam shalat laki-laki dibolehkan… naudzubillah!


Maka penting bagi umat muslim untuk mengetahui ilmu sebelum amal. Karena amal tanpa ilmu adalah sia-sia.. seperti perkataan salah satu saudara kita ketika ia melakukan ibadah Qurban “bagi saya berkurban hanya sekali seumur hidup” astagfirullah… sungguh kasihan saudara kita ini, amalnya sia-sia karena tidak dilakukan berdasarkan ilmu, tapi kehendaknya sendiri…


Namun tak cukup dengan ilmu, ilmu tanpa akhlak akan membuat kering kepribadian seorang muslim…

kini kita amat susah menjaga pergaulan.. ikhtilat dimana-mana, di sekolah, kampus, organisasi… interaksi dalam menuntut ilmu itu boleh, namun akhlak harus tetap diutamakan. Biasanya karena di dalam kelas atau organisasi masing-masing perempuan atau laki-laki sudah merasa sangat dekat emosionalnya, maka mereka sudah tak segan lagi saling memgang tangan, berangkulan, berdempetan, dan sebagainya… padahal Baginda Rasulullah SAW telah mencontohkan akhlaqul karimah ketika beliau hendak membaiat para muslimah, beliau tidak menjabat tangan mereka seperti yang beliau lakukan pada sahabat beliau yang laki-laki padahal itu adalah peristiwa penting.. maka bersikap wara' lah sahabat... (yaitu hal-hal yang tidak berfaedah. Sedangkan menurut As-Syibli, wara’ merupakan upaya untuk menghindarkan diri dari berbagai hal yang tidak berkaitan dengan Allah SWT.) tiada yang bisa menjaga diri kita kecuali Allah dan diri kita sendiri...



Tulisan ini adalah unek-unek saya, bukan untuk mengajari, tapi mengingatkan . . . maaf atas segala khilaf…

Kamis, 24 September 2009

KISAH BERPISAHNYA ROH DARI JASAD

Dalam sebuah hadis daripada Aisyah r.a katanya, "Aku sedang duduk bersila di dalam rumah. Tiba-tiba Rasulullah S.A.W datang dan masuk sambil memberi salam kepadaku. Aku segera bangun kerana menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku di waktu baginda masuk ke dalam rumah. Nabi S.A.W bersabda, "Duduklah di tempat duduk, tidak usahlah berdiri, wahai Ummul Mukminin." Maka Rasulullah S.A.W duduk sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku, lalu baginda berbaring dan tertidur.

Maka aku hilangkan uban pada janggutnya, dan aku dapat 19 rambut yang sudah putih. Maka terfikirlah dalam hatiku dan aku berkata, "Sesungguhnya baginda akan meninggalkan dunia ini sebelum aku sehingga tetaplah satu umat yang ditinggalkan olehnya nabinya." Maka aku menangis sehingga mengalir air mataku jatuh menitis pada wajah baginda.

Baginda terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Apakah sebabnya sehingga engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" Masa aku ceritakan kisah tadi kepadanya, lalu Rasulullah S.A.W bertanya, "Keadaan bagaimanakah yang hebat bagi mayat?" Kataku, "Tunjukkan wahai Rasulullah!"

Rasulullah S.A.W berkata, "Engkaulah katakan!," Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada keadaan lebih hebat bagi mayat ketika keluarnya mayat dari rumahnya di mana anak-anaknya sama-sama bersedih hati di belakangnya. Mereka sama-sama berkata, "Aduhai ayah, aduhai ibu! Ayahnya pula mengatakan: "Aduhai anak!"

Rasulullah S.A.W bertanya lagi: "Itu juga termasuk hebat. Maka, manakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayat ketika ia diletakkan ke dalam liang lahad dan ditimbuni tanah ke atasnya. Kaum kerabat semuanya kembali. Begitu pula dengan anak-anak dan para kekasihnya semuanya kembali, mereka menyerahkan kepada Allah berserta dengan segala amal perbuatannya." Rasulullah S.A.W bertanya lagi, "Adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah, "Hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang lebih tahu."

Maka bersabda Rasulullah S.A.W : "Wahai Aisyah, sesungguhnya sehebat-hebat keadaan mayat ialah ketika orang yang memandikan masuk ke rumahnya untuk memandikannya. Maka keluarlah cincin di masa remaja dari jari-jarinya dan ia melepaskan pakaian pengantin dari badannya. Bagi para pemimpin dan fuqaha, sama melepaskan serban dari kepalanya untuk dimandikan.

Di kala itu rohnya memanggil, ketika ia melihat mayat dalam keadaan telanjang dengan suara yang seluruh makhluk mendengar kecuali jin dan manusia yang tidak mendengar. Maka berkata roh, "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah, lepaskanlah pakaianku dengan perlahan-lahan sebab di saat ini aku berehat dari kesakitan sakaratul maut." Dan apabila air disiram maka akan berkata mayat, "Wahai orang yang memandikan akan roh Allah, janganlah engkau menyiram air dalam keadaan yang panas dan janganlah pula dalam keadaan sejuk kerana tubuhku terbakar dari sebab lepasnya roh," Dan jika mereka memandikan, maka berkata roh: "Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah engkau gosok tubuhku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh."

Apabila telah selesai dari dimandikan dan diletakkan pada kapan serta tempat kedua telapaknya sudah diikat, maka mayat memanggil, "Wahai orang yang memandikanku, janganlah engkau kuat-kuatkan dalam mengafani kepalaku sehingga aku dapat melihat wajah anak-anakku dan kaum keluargaku sebab ini adalah penglihatan terakhirku pada mereka. Adapun pada hari ini aku dipisahkan dari mereka dan aku tidak akan dapat berjumpa lagi sehingga hari kiamat."

Apabila mayat dikeluarkan dari rumah, maka mayat akan menyeru, "Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda, maka janganlah kamu menyakitinya. Anak-anakku telah menjadi yatim, janganlah menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari ini aku akan dikeluarkan dari rumahku dan meninggalkan segala yang kucintai dan aku tidak lagi akan kembali untuk selama- lamanya."

Apabila mayat diletakkan ke dalam keranda, maka berkata lagi mayat, "Demi Allah, wahai jemaahku, janganlah kamu percepatkan aku sehingga aku mendengar suara ahliku, anak-anakku dan kaum keluargaku. Sesungguhnya hari ini ialah hari perpisahanku dengan mereka sehingga hari kiamat."


Dikutip dari Kisah teladan Rasulullah

Pesan Al-guthb irsyad wal bilad Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad



Jika satu zaman itu rusak, maka wajiblah bagi mereka yang hidup di zaman itu, untuk mengikuti jejak langkah ulama salaf sholihin. Jika tidak mampu menyamakan diri dengan mereka dalam setiap langkah, paling tidak hampir menyamai mereka, sebab setiap orang dalam kehidupan itu harus memiliki panutan (imam), sedang orang yang tidak memiliki panutan (Imam) maka panutannya adalah setan.

* Telah sesat sekelompok orang sebab buku yang dibacanya, seseorang tidak akan menjadi alim besar kecuali dengan guru yang membimbing dan menuntunnya, bukan dengan buku yang dibacanya.* Penghuni kubur dari para Wali Allah berada di sisi Allah. Barang siapa tawajuh kepada mereka, maka mereka spontan datang membantunya.

* Jika kamu melihat seorang dari Ba’Alawy berjalan di luar Thoriqoh Ba’Alawy maka sesungguhnya maka tiada yang menghalangi dirinya selain kelemahannya sendiri, dan kelemahan itu adakalanya dalam kondisi ekonomi atau hati.

* Thoriqoh Alawiyyah berdiri atas dasar kemuliaan dan ketakwaan kepada Allah SWT.* Barangsiapa yang menjalin hubungan (kontak batin) dengan kami, maka kami berikan kepadanya segala perhatian kami, kami tidak pernah melepas dan meninggalkannya walaupun dia tinggal jauh dari tempat kami.

Minggu, 09 Agustus 2009

Ramadhan di Komplek Ramdhani

Ramdhani keluar dari halaman rumahnya dan menengok ke kiri dan kanannya. Dilihatnya jalan panjang kompek itu. sepi. Tak seperti hari-hari lainnya. “mungkin orang-orang masih pada tidur” gumam Ramdhani. Karena malas di rumah, pemuda itu memutuskan untuk pergi ke mushalla dekat rumahnya. Sampai di mushalla, ia terkejut karena mushalla itu telah dipenuhi oleh beberapa pria yang tertidur pulas. Ada Bang Asep si tukang Bakso, ada si Karto tetangga dekatnya, ada pula beberapa bocah yang tadi subuh ditemuinya sedang berteriak-teriak membangunkan sahur. dan ternyata si Jono adiknya sendiri juga ikut-ikutan tiduran. Namun di ujung sana ia melihat Uwak Hasan sang Marbot mushalla sedang bertadarus di dekat mimbar. Ramdhani sedikit lega, ternyata ada juga yang mengoptimalkan keberkahan bulan Ramadhan dengan ibadah, bisiknya dalam hati. Ia lalu menghampiri Uwak Hasan dan ikut bertadarus di sampingnya.

Setelah beberapa lama bertadarus di masjid, Ramdhani lalu berniat pulang ke rumah. di tengah jalan, ia bertemu dengan sekumpulan ibu-ibu yang sedang berbincang-bincang dengan raut wajah yang sangat antusias. Salah satu dari mereka memanggil Ramdhani, Ramdhani menurut saja lalu mendekat ke arah mereka. “ada apa yah Bu?” tanyanya.

“eh Dhani, kamu ingat tidak sama si Lola, itu tuh mantan pacar kamu!” ujar Bu Tika yang berpostur paling tambun.

Ramdhani terkejut “Hah? Lola yang mana Bu, Pacar saya dari mana? Saya tidak pernah punya pacar!” ia buru-buru menyangkal.

Bu Ane, yang sebaliknya bertubuh paling kurus mencolek lengan Ramdhani “alaaah…kamu nggak usah menyangkal, kamu kan pernah ngantar dia ke depan rumahnya, semua tetangga di komplek ini udah pada tau…!”

Ramdhani mulai kesal “astagfirullah Buu..iya memang saya pernah ngantar dia, karena saya kasihan ngelihat dia malam-malam nunggu taksi sendirian”

Kini Bu Susi yang giliran bicara “aduh..aduh..mau pacarnya kek, mau bukan, tapi kamu tahu nggak Dhani, sekarang si Lola itu sudah Hamil besar! Padahal kan dia tuh belum pernah nikah!” ujarnya sambil membelalakkan mata.

Ramdhani bukan main terperanjat. Bukan karena kabar tentang Lola, tapi karena ternyata Ibu-Ibu itu memanggil dirinya untuk membicarakan aib orang lain, Ghibah!
Ramdhani yang tak tahan akhirnya segera pamit pulang. Ketika di tanya oleh ibu-ibu itu, ia hanya berkata “saya nggak mau ghibah, apalagi sedang puasa!” katanya sambil berlari. Ibu-ibu itu hanya saling menatap satu sama lain.


Adzan Isya hampir berkumandang, dengan baju koko rapi serta sajadah di pundaknya, Ramdhani berjalan bertiga dengan sahabat karibnya, Tora dan Imran menuju masjid untuk shalat tarawih. Sesampainya di halaman masjid yang hampir penuh dengan jamaah itu, Tora terhenti dan meminta izin pada Ramdhani dan Imran untuk masuk mesjid saat shalat Isya hendak dimulai. Tanpa perasaan curiga Ramdhani mengiayakan, sementara Imran yang tahu tentang keadaan sebenarnya hanya geleng-geleng kepala.

“kenapa Ran?” tanya Ramdhani bingung.

“kamu nggak tahu yah, si Tora itu sengaja masuk masjid belakangan, karena dia udah janjian sama si Hani, cewek yang baru jadi anggota RISMA Syabbabul Jannah!” bisik Imran.

Ramdhani berdecak kesal “astagfirullah tuh anak…mau tarawih kok disisipin pacaran. Perbuatan sunnah kok disisipin dosa…ck..ck..ck”

****

Kisah Ramdhani di atas mungkin pernah pula kita jumpai. Ada orang-orang yang bergembira menyambut bulan Ramadhan dengan berpuasa dan menjalani ibadah lain dengan sangat khusyuk dan menghindari perbuatan yang tercela dan sia-sia. Di samping itu, ada pula orang-orang yang menghadapi bulan Ramadhan tanpa ada peningkatan ibadah sama sekali, tanpa ada niat untuk memperbaiki diri, dan tanpa ada usaha untuk memperbanyak amal-amalnya. Mereka hanya sekedar menahan lapar dan haus betapa banyaknya orang yang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga (HR. Bukhari). Dan lebih buruk lagi jika tidak berpuasa tanpa ada halangan yang dibenarkan syariat.

Puasa adalah madrasah ruhaniah (sekolah ruhani), dimana di dalamnya terdapat pelajaran yang dapat kita renungkan. Yaitu, yang pertama adalah ikhlas: ikhlas melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu, menahan haus dan lapar, menahan letih, dengan tidak mendambakan pujian atau imbalan dari makhluk lain, melainkan Ridho Allah subhanahu wa ta’ala.

Yang kedua adalah penyucian diri: di dalam ibadah puasa, ummat Muslim dididik untuk meninggalkan semua perbuatan tercela, mengendalikan lidahnya untuk mengatakan kata-kata keji, menggunjing memakiorang lain. Dalam suatu hadits diriwayatkan bahwa pada bulan Ramadhan ada seorang wanita sedang mencaci maki pembantunya. Rasulullah mendengarnya kemudian beliau menyuruh seseorang untuk membawa makanan dan memanggil wanita itu. kemudian Rasulullah berkata “Makanlah makanan ini!” wanita itu menjawab, “saya sedang berpuasa ya Rasulullah” kemudian Rasul yang mulia bersabda lagi, “bagaimana mungkin kamu berpuasa sedangkan kamu mencaci-maki pembantumu. Sesungguhnya puasa adalah sebagai penghalang bagi kamu untuk tidak berbuat hal-hal yang tercela. Betapa sedikitnya orang yang berpuasa dan betapa banyaknya orang yang kelaparan”.

Ketika Rasulullah mengatakan Betapa sedikitnya orang yang berpuasa dan betapa banyaknya orang yang kelaparan, Nabi mengisyaratkan pada kita bahwa orang-orang yang hanya menahan lapar dan dahaga saja, tidak sanggup mewujudkan pesan moral ibadah shaum, maka mereka tidak lebih dari orang-oang yang kelaparan saja. Dan Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam meriwayatkan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala “setiap amal manusia untuk dirinya kecuali puasa, sungguh puasa itu untuk-Ku dan aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Jika kamu berpuasa, maka jangan berkata jorok, berteriak keras, dan jangan berlaku bodoh. Jika ada orang yang mencacimu atau memukulmu, maka katakanlah “sungguh aku sedang berpuasa dua kali. demi Zat yang menggenggam jiwa Muhammad, bau tidak sedap mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi bagi Allah daripada minyak kasturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan ; kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya (HR. Bukhari-Muslim)

Yang ketiga, dalam puasa ummat Muslim dibiasakan untuk melakukan perbuatan baik. Berbuat baik kepada sesama makhluk, dan berbuat baik kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Diantaranya dengan melakukan sedekah, mengeluarkan zakat, menyambung silaturahim, di saat yang sama juga memperbanyak membaca dan mentadaburi Al-Qur’an, melakukan shalat malam, dan memberbanyak dzikir (mengingat) dan istigfar (memohon ampun) kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Dan salah satu sikap yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah yang patut kita teladani sebagai perisai terhadap segala macam bentuk maksiat adalah bersikap Wara’ , yaitu waspada terhadap dosa. Wara itu ada dua macam. Wara’ yang sunnah yaitu meninggalkan segala hal yang tidak jelas status halal-haramnya, dan Wara’ yang wajib yaitu meninggalkan segala sesuatu yang haram.

Rasulullah SAW mendifinisikan Wara’ secara komperehensif dalam sabdanya : “salah satu tanda kebaikan Islam seseorang adalah jika dia meninggalkan apa yang tidak pantas untuknya” (H.R. Ibnu Majah)

Pernyataan Rasulullah ini menyangkup meninggalkan semua yang tak pantas dilakukan, yang meliputi segala bentuk ucapan, penglihatan, pendengaran, pikiran, dan aktivitas lainnya, baik yang lahir maupun batin.

Wahai saudaraku sesama Muslim, Sangat merugi jika pahala membaca Al-Qur’an kita terhapus dengan Ghibah yang kita lakukan, sangat rugi jika pahala I’tikaf kita terhapus oleh perkelahian yang kita lakukan, kerugian besar jika pahala sedekah kita terhapus oleh caci maki kita terhadap orang lain. Dan lebih rugi lagi, jika dosa kita lebih melimpah dari amal-amal shalih yang kita lakukan.

Bulan yang mulia telah menanti, Bulan suci Ramadhan akan menemui kita kembali Insya Allah. Pergunakanlah hari-hari yang penuh berkah itu dengan sebaik-baiknya… Rasulullah dan para sahabat sangat merindukan kedatangan bulan ramadhan, dan bersedih apabila ia akan berakhir.
Semoga kita masih diberi umur untuk menjumpai Ramadhan, dan melaluinya tanpa perbuatan sia-sia melainkan dengan amal yang dicontohkan oleh junjungan kita, Rasul Sayyidina Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wa sallam.

Jumat, 24 Juli 2009

KEMULIAAN AKHLAQ AL-MUSTOFA RASULULLAH MUHAMMAD SAW

1. Rasulullah Saw bersabda: "Aku kesayangan Allah (dan tidak congkak). Aku membawa panji "PUJIAN" pada hari kiamat, di bawahnya Adam dan yang sesudahnya (dan tidak congkak). Aku yang pertama pemberi syafa'at dan yang diterima syafaatnya pada hari kiamat (dan tidak congkak). Aku yang pertama menggerakkan pintu surga dan Allah membukanya untukku dan aku dimasukkanNya bersama-sama orang-orang beriman yang fakir (dan tidak congkak). Dan Aku lah paling mulia dari kalangan terdahulu dan terbelakang di sisi Allah (dan tidak congkak)." (HR. Tirmidzi)

2. Ketika Aisyah Ra ditanya tentang akhlak Rasulullah Saw, maka dia menjawab, "Akhlaknya adalah Al Qur'an." (HR. Abu Dawud dan Muslim)

3. Aku penutup para nabi. Tidak ada nabi lagi sesudah aku. (HR. Ahmad dan Al Hakim)

4. Aku diberi (oleh Allah) hikmah-hikmah yang banyak dalam ucapan-ucapan yang sedikit. (Maksudnya, ucapan-ucapan beliau singkat tetapi mengandung makna yang luas dan dalam). (HR. Ahmad)

5. Kepada Rasulullah Saw disarankan agar mengutuk orang-orang musyrik. Tetapi beliau menjawab: "Aku tidak diutus untuk (melontarkan) kutukan, tetapi sesungguhnya aku diutus sebagai (pembawa) rahmat." (HR. Bukhari dan Muslim)

6. Anas Ra, pembantu rumah tangga Nabi Saw berkata, "Aku membantu rumah tangga Nabi Saw sepuluh tahun lamanya, dan belum pernah beliau mengeluh "Ah" terhadapku dan belum pernah beliau menegur, "kenapa kamu lakukan ini atau kenapa tidak kau lakukan ini." (HR. Ahmad)

7. Rasulullah Saw melakukan shalat malam sehingga kedua kakinya bengkak. Beliau juga tidak senang bila ada orang berjalan di belakangnya. (Artinya, tidak sejajar dan berjalan di belakangnya dengan maksud untuk menghormati beliau.) (HR. Bukhari dan Muslim)

8. Anas Ra berkata, "Rasulullah Saw adalah orang yang paling baik, paling dermawan (murah tangan), dan paling berani". (HR. Ahmad)

9. Tiada seorang beriman hingga aku lebih dicintai dari ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia. (HR. Bukhari)

10. Aku Muhammad dan Ahmad (terpuji), yang dihormati, yang menghimpun manusia, nabi (penyeru) taubat, dan nabi (penyebar) rahmat. (HR. Muslim)

KISAH ::
Diriwayatkan pula disaat perang Hunain selesai, Rasul saw memberi pada Sofwan 100 ekor unta, lalu 100 ekorlagi dan 100 ekor lagi, berkata Sofwan : “Sungguh Ia (Rasul saw) adalah orang yangpaling kubenci, namun ia tak henti hentinya memberiku sampai ia menjadi orang yangpaling kucintai” (Shahih Muslim hadits no.2313). Alangkah penyantunnya Nabi kita ini,bukanlah kecintaan Sofwan karena pmberian harta, namun kebenciannya lunturmenghadapi manusia mulia yang memberinya dan saat ia tak berterimakasih justru iaditambah lagi.. dan lagi…, tidak pernah kita temukan seorang dermawan dimuka Bumi yang setelah ia memberi dan yang diberi tak berterimakasih malah ia menambahnya lagi dan lagi, dan sesekali bukanlah barang yang murah, karena harga seekor Untahampir menyamai 40 ekor kambing, dan beliau memberikannya 100 ekor onta, dan Sofwan tak berterimakasih dan tetap membencinya, beliau menambahnya lagi 100ekor unta, lalu menambah lagi 100 ekor unta, lunturlah Sofwan.. ia lebur.. tak ada lagi yang lebih dicintainya selain Muhammad saw.

Di antara akhlaq mulia Al-Musthofa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :

Ketika seseorang membisikkan berita kepada Rasulullah, dan hal itu baru beliau alami pertama lali. Sewaktu dibisiki oleh orang itu, beliau langsung mengalihkan kepalanya hingga orang itu sendiri yang mengalihkan kepalanya. Dan tiada seorang pun yang menjabat tangan beliau lalu beliau melepaskannya kecuali orang tersebut yang melepaskannya duluan. Begitu halnya beliau bercakap-cakap dengan seseorang, maka beliau tidak memalingkan wajahnya bila orang tersebut belum pergi dan tidak pernah beliau memotong percakapan seseorang sampai selesai kecuali orang itu telah keterlaluan, beliau harus memutuskan pembicaraan itu, serta melarang orang itu bicara atau beliau sendiri yang bangkit berdiri. Selain itu beliau juga selalu mendahulukan salam kepada orang yang dijumpainya dan bila beliau berjumpa dengan salah satu para sahabatnya, maka beliaulah yang mendahului berjabat tangan.


Rasulullah adalah sebaik-baiknya teladan,

tak seorangpun melakukan shalat terkecuali

diwajibkan Nya bersalam pada Muhammad saw…

diwajibkan Nya bersalam pada Muhammad saw…

diwajibkan Nya bersalam pada Muhammad saw…

diwajibkan Nya bersalam pada Muhammad saw…

dan diwajibkan Nya bershalawat pada Muhammad saw…

Minggu, 19 Juli 2009

Pendapat para Imam dan Muhadditsin mengenai Bid’ah



1. Al Hafidh Al Muhaddits Al Imam Muhammad bin Idris Assyafii rahimahullah
(Imam Syafii)
Berkata Imam Syafii bahwa bid’ah terbagi dua, yaitu bid’ah mahmudah (terpuji) dan bid’ah madzmumah (tercela), maka yang sejalan dengan sunnah maka ia terpuji, dan yang tidak selara dengan sunnah adalah tercela, beliau berdalil dengan ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : “inilah sebaik baik bid’ah”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)

2. Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al Qurtubiy rahimahullah
“Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubiberkata) bahwa makna hadits Nabi saw yang berbunyi : “seburuk buruk permasalahanadalah hal yang baru, dan semua Bid’ah adalah dhalalah” (wa syarrul umuurimuhdatsaatuha wa kullu bid’atin dhalaalah), yang dimaksud adalah hal hal yang tidaksejalan dengan Alqur’an dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya : “Barangsiapamembuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya” (Shahih Muslim hadits no.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bid’ah yang baik dan bid’ah yang sesat”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)

3. Al Muhaddits Al Hafidh Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy
rahimahullah (Imam Nawawi)
“Penjelasan mengenai hadits : “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang dosanya”, hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan kebiasaan yang baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yang buruk, dan pada hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau saw : “semua yang baru adalah Bid’ah, dan semua yang Bid’ah adalah sesat”, sungguh yang dimaksudkan adalah hal baru yang buruk dan Bid’ah yang tercela”. (Syarh Annawawi ‘ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105) Dan berkata pula Imam Nawawi bahwa Ulama membagi bid’ah menjadi 5, yaitu Bid’ah yang wajib, Bid’ah yang mandub, bid’ah yang mubah, bid’ah yang makruh dan bid’ah yang haram.

Bid’ah yang wajib contohnya adalah mencantumkan dalil dalil pada ucapan ucapan yang menentang kemungkaran, contoh bid’ah yang mandub (mendapat pahala biladilakukan dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) adalah membuat buku buku ilmusyariah, membangun majelis taklim dan pesantren, dan Bid;ah yang Mubah adalahbermacam macam dari jenis makanan, dan Bid’ah makruh dan haram sudah jelasdiketahui, demikianlah makna pengecualian dan kekhususan dari makna yang umum,sebagaimana ucapan Umar ra atas jamaah tarawih bahwa inilah sebaik2 bid’ah”.(Syarh Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 6 hal 154-155)

4. Al Hafidh AL Muhaddits Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy
rahimahullah
Mengenai hadits “Bid’ah Dhalalah” ini bermakna “Aammun makhsush”, (sesuatu yangumum yang ada pengecualiannya), seperti firman Allah : “… yang Menghancurkansegala sesuatu” (QS Al Ahqaf 25) dan kenyataannya tidak segalanya hancur, (*ataupula ayat : “Sungguh telah kupastikan ketentuanku untuk memenuhi jahannam dengan jin dan manusia keseluruhannya” QS Assajdah-13), dan padakenyataannya bukan semua manusia masuk neraka, tapi ayat itu bukan bermakna keseluruhan tapi bermakna seluruh musyrikin dan orang dhalim.pen) atau hadits : “aku dan hari kiamat bagaikan kedua jari ini” (dan kenyataannya kiamat masih ribuan tahun setelah wafatnya Rasul saw) (Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal 189).

Maka bila muncul pemahaman di akhir zaman yang bertentangan dengan pemahaman para Muhaddits maka mestilah kita berhati hati darimanakah ilmu mereka?, berdasarkan apa pemahaman mereka?, atau seorang yang disebut imam padahal ia tak mencapai derajat hafidh atau muhaddits?, atau hanya ucapan orang yang tak punya sanad, hanya menukil menukil hadit dan mentakwilkan semaunya tanpa memperdulikan fatwa fatwa para Imam?


Copas from: Kenalilah Aqidahmu – Al Habib Munzir Almusawa.

Minggu, 05 Juli 2009

Menjadi Remaja yang Dicintai Allah

Allah sangat menyukai seorang pemuda yang waktunya ia gunakan untuk beribadah kepadaNya. Malah Allah lebih menyukainya daripada ibadahnya orang yang telah lanjut usia.

Sementara Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “ Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan beribadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada mesjid (selalu melakukan salat jamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk berzina), tapi ia mengatakan: Aku takut kepada Allah, seseorang yang memberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kanannya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kirinya dan seseorang yang berzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya. “ (Shahih Muslim No.1712)

kita semua tahu, masa muda adalah masa keemasan seorang manusia, tahap yang menjembatani antara masa kanak-kanak dan dewasa, juga masa dimana seseorang mulai membentuk karakter dirinya.

Teringat sebuah nasehat dari KH. Abdullah Gymnastiar, bahwa jika di usia 15 s.d 25 tahun dibiarkan sia-sia, maka selepas itu, tinggal ada dua pilihan ; mau jadi mutiara atau mau jadi sampah?”

Kalimat yang amat bijak, kiranya tidak berlebihan yang di katakan oleh Aa Gym di atas. Banyak orang yang baru menyadari betapa pentingnya masa remaja, hingga pada saat senjanya baru ia menyesali, mengapa masa mudanya tergadai percuma hanya dengan hura-hura.

jangan sampai kita tertipu dengan kesenangan dunia, hingga melupakan urusan akhirat. ‘Jadikanlah duniamu sebagai ladang untuk akhiratmu’. Allah telah memberi peringatan kepada manusia agar memanfaatkan waktunya dengan baik :

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S Al-Ashr: 1-3)

Saya kagum dengan salah seorang kakak kelas saya, ketika ia menjadi pembicara pada kegiatan ROHIS di SMU saya, ia bercerita bahwa ketika menjadi ketua OSIS, yang ada dibenaknya hanyalah bagaimana ia bisa memanfaatkan jabatannya itu untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat memperluas syiar Islam. Sekali lagi, saya kagum dengan caranya memanfaatkan kemampuan yang ia miliki, ia pandai menjadi seorang motivator, maka itulah yang terus ia kembangkan untuk membawa manfaat bagi orang lain. Itulah ciri pemuda yang dicintai Allah. Pemuda yang mengoptimalkan potensi dirinya untuk kepentingan agama Allah dan makhluk lain.

Marilah kita mencontohi para sahabat Rasul yang telah menjadi brilian di masa mudanya, seperti Zaid bin Tsabit, Usamah bin Zaid bin Haritsah, Asma’ binti Abu Bakar dan lain-lain. Di usia muda mereka telah memberikan kontribusi bagi perjuangan da’wah Rasulullah.

Janganlah menunggu datangnya masa tuamu untuk memulai ketaatan kepada Allah, tak terhitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, sejak dalam kandungan ibu, kita telah diberi rizqi dan perlindungan oleh Allah, ketika sudah dilahirkan, Allah menjaga kita melalui tangan ayah dan bunda, Allah menyayangi kita melalui perhatian dan kasih sayang ayah dan bunda. Namun ketika punggung kita mulai kuat untuk tegak, kaki telah kokoh untuk berpijak, ketika kita tumbuh menjadi manusia baligh yang sempurna, kita lalai atas nikmat Allah, kita durhakai Dia dengan dosa yang kita lakukan tanpa rasa bersalah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur” (An-Nahl: 78)

Namun, sedikit saja kesulitan menimpa kita, kita mulai berputus asa, entah menyalahkan siapa. Dan mulai menjauh dari Allah. Dan ingatlah, yang menimpa kita terkadang adalah hasil perbuatan kita sendiri

“sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zhalim terhadap diri mereka sendiri (Q.S Yunus : 44)”

“katakanlah, ‘Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu untuk kecelakaan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu” (Q.S Yunus: 108)

Jadikan dirimu berharga, hilangkan rasa minder, karena minder adalah menganggap diri sendiri cacat, sementara orang lain sempurna tanpa cacat. Bersyukrurlah atas apa-apa yang Allah berikan atas diri kita, apakah itu kelebihan maupun kekurangan. kelebihan yang Allah berikan adalah alasan untuk tidak minder, dan kekurangan yang Allah berikan adalah alasan untuk tidak sombong.

Mari kita menjadi muslim yang istiqomah, tidak taqlid kepada budaya yang berlawanan dengan ajaran Islam. Sebaik-baik ajaran adalah yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.


I’m Proud to be Muslim.


Wallahu a’lam Bishawab.

Jumat, 03 Juli 2009

Hidup Sehat Dengan Pola Makan Rasulullah SAW

Banyak penyakit yang bersumber dari dalam perut kita. Padahal sebagai umat Islam kita telah ditunjukkan Allah seorang contoh yang demikian sempurna. Mulai dalam segala hal termasuk makan. yaitu Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam.

Hal pertama yang menjadi menu keseharian Rasulullah adalah udara segar di subuh hari. Telah kita ketahui udara pagi kaya akan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain. Dan ini sangat besar pengaruhnya terhadap vitalitas seseorang dalam aktivitasnya sehari penuh. Maka jangan heran, jika tidak bangun subuh kita terasa malas untuk melakukan aktivitas keseharian. Selanjutnya Rasulullah menggunakan siwak untuk menjaga kesehatan mulut dan giginya.

Lepas subuh, Rasulullah membuka menu sarapannya dengan segelas air yang dicampur madu asli. Khasiatnya luar biasa. Dalam Al-Qur’an, kata ‘syifa’/ kesembuhan, yang dihasilkan oleh madu, diungkapkan dengan isim nakirah, yang berarti umum, menyeluruh. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi memberishkan lambung, mengaktifkan usus-usus, menyembuhkan sembelit, wasir dan peradangan.


Masuk waktu dhuha, Rasulullah selalu makan tujuh butir kurma ajwa’/ matang. Sabda beliau, barangsiapa yang makan tujuh butir korma, maka akan terlindungi dari racun. Dalam sebuah penelitian di Mesir, penyakit kanker ternyata tidak menyebar ke daerah-daerah yang penduduknya banyak mengkonsumsi kurma. Belakangan terbukti bahwa kurma mengandung zat-zat yang bisa mematikan sel-sel kanker. Maka tidak perlu heran kalau Allah menyuruh Maryam ra, untuk makan kurma di saat kehamilannya, sebab memang itu bagus untuk kesehatan janin.

Dahulu, Rasulullah selalu berbuka puasa dengan segelas susu segar dan kurma, kemudian shalat maghrib. Kedua jenis makanan itu kaya dengan glukosa, sehingga langsung menggantikan zat-zat gula yang kering setelah seharian berpuasa. Glukosa itu sudah cukup mengenyangkan, sehingga setelah shalat maghrib, tidak akan berlebihan apabila bermaksud untuk makan lagi.

Jika tidak berpuasa, menjelang sore hari, menu Rasulullah selanjutnya adalah cuka dan minyak zaitun. Tentu saja bukan Cuma cuka dan minyak zaitunnya saja, tetapi dikonsumsi dengan makanan pokok, seperti roti misalnya. Manfaatnya banyak sekali. Diantaranya mencegah lemah tulang dan kepikunan di hari tua, melancarkan sembelit, menghancurkan kolestrol, dan memperlancar pencernaan. Ia juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga suhu tubuh di musim dingin.

Di malam hari, menu utama Rasulullah adalah sayur-sayuran. Secara umum sayur-sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama, yaitu memperkuat daya tahan tubuh dan melindunginya dari serangan penyakit. Jadi, asalkan namanya sayuran, sepanjang itu halal, Insya Allah bergizi tinggi.
Di samping menu wajib di atas, ada beberapa jenis makanan yang disukai Rasulullah tetapi beliau tidak rutin mengkonsumsinya. Di antaranya tsarid, yaitu campuran antara roti dan daging dengan kuah air masak. Jadi kira-kira seperti bubur ayam. Kemudian beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu manis, yang terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian beliau juga senang makan anggur.



  • ATUR POLA MAKAN
Cara mengkonsumsi makanan juga tidak kalah pentingnya dengan pemilihan menu. Sebab setinggi apapun gizinya, kalau pola makan tidak teratur, akan buruk akibatnya. Yang paling penting adalah meghindari isrof. Atau ‘berlebihan’. Kata Rasulullah, “cukuplah bagi manusia itu beberapa suap makanan kalaupun harus makan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk air minumnya dan sepertiga lagi untuk nafasnya (hadits)”

Ketika seseorang terlalu banyak makanannya, maka lambungnya akan penuh dan pernafasannya tidak bagus, sehingga zat-zat yang terkandung dalam makanan tersebut menjadi tidak berfungsi dengan baik. Imbasnya, kondisi fisik menjadi tidak prima, dan aktivitas pun tidak akan maksimal. Kenyang adalah tercukupinya tubuh oleh zat-zat yang dibutuhkannya, sesuai dengan proporsi dan ukurannya. Jadi ini penting: JANGAN KEKENYANGAN!

Kemudian Rasulullah juga melarang untuk makan lagi sesudah kenyang. Suatu hari, di masa setelah wafatnya Rasulullah, para sahabat mengunjungi Aisyah ra. Waktu itu Daulah Islamiyah sudah sedemikian luas dan makmur. Lalu sambil menunggu Aisyah ra, para sahabat yang sudah menjadi orang-orang kaya, saling bercerita tentang menu makanan mereka yang meningkat dan bermacam-macam. Aisyah yang mendengar hal itu tiba-tiba menangis, “apa yang membuatmu menangis wahai bunda?” Tanya para sahabat. Aisyah ra lalu menjawab “Dahulu Rasulullah tidak pernah mengeyangkan perutnya dengan dua jenis makanan. Ketika sudah kenyang dengan roti, beliau tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma, beliau tidak akan makan roti”. Dan penelitian membuktikan bahwa berkumpulnya berjenis-jenis makanan dalam perut telah melahirkan bermacam-macam penyakit. Maka sebaiknya jangan gampang tergoda untuk makan lagi, kalau sudah yakin bahwa anda sudah kenyang.

Yang selanjutnya, Rasulullah tidak makan dua jenis makanan yang panas atau dua jenis makanan yang dingin secara bersamaan. Beliau juga tidak makan ikan dan daging dalam satu waktu dan juga tidak langsung tidur setelah makan malam. Karena tidak baik bagi jantung. Beliau juga meminimalisir mengkonsumsi daging. Sebab terlalu banyak daging akan berakibat buruk pada persendian dan ginjal. Pesan Umar ra, “jangan kamu jadikan perutmu sebagai kuburan bagi hewan-hewan ternak!”
Inilah beberapa tuntunan Rasulullah dalam makan dan minum, semoga kita bisa mengikuti jejak beliau. Shollu ‘alan Nabi!!

Senin, 22 Juni 2009

Karena Cinta Pada Rasululah



Pada zaman Rasulullah saw, ada seorang lelaki bernama Abdullah. Tapi karena ia sering bercanda, ia dapat julukan 'Himar' (si keledai). Ia sering membuat Rasulullah tertawa. Beliau pernah menghukumnya dgn mencambuk karena ia minum minuman keras. Pada suatu hari, ia dipanggil kembali dan dicambuk lagi. Seorang sahabat berkata : ya Allah, laknatlah dia! Betapa sering dia dipanggil krena perbuatannya Nabi saw bersabda: 'janganlah kamu melaknat dia, demi Allah, kamu tidak tahu bahwa ia mencintai Allah dan Rasul-Nya' (shahih Bukhari, Kitab Hudud 8:197) karena kealpaan si peminum itu dan ketidakmampuannya menahan nafsunya ia sering tergelincir, namun ia sering bercanda u/ menyenangkan hati Nabi, dia mencintai Allah dan Rasulnya. Rasulullah bersabda: 'sesungguhnya syafaatku diperuntukkan buat umatku yang berbuat dosa besar."(sunan ibn Majah 2:1441; musnad Ahmad 3:213 ; sunan Abi Daud 2:537; sunan Al-Turmudzi 4:45)



Bukan hanya di Zaman Rasulullah, di zaman ini kita bisa merasakan pertolongan Rasulullah saw, seperti sebuah peristiwa yang diceritakan oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya 'Rindu Rasulullah' :"Dalam salah satu perjalanan haji saya, saya berjumpa dgn kaum Muslim dari Arab Saudi, yang mengungsi ke Jordan. Salah seorang di antara mereka memberikan kpdku majalah Al-Haramayn, majalah kaum disiden kerajaan Saudi. Dalam artikel yg berjudul Al-mu'jizat Al-khalidah, diberitakan peristiwa yang terjadi pd salah satu musim haji. Seorang peziarah dgn menggendong anaknya berusaha mencium pintu makam Nabi saw. Tentu sj ia dihardik oleh askar yg menjaga makam Nabi dengan bentakan 'syirk! Ia bersikeras. Askar mendorongnya dengan kasar. Ia terjatuh dan anaknya terlempar. Ia menjerit, 'ya Rasul Allah, aku datang dari negeri jauh untuk melepas rinduku padamu. Engkau saksikan apa yang ia perbuat padaku. Aku adukan ia kepadamu." Tiba-tiba askar itu tersungkur. Ia mati. Believe it or not"



Cintailah Rasulullah, karena seseorang akan bersama dengan orang-orang yang dicintainya di Akhirat.

wallahu a'lam.

Jumat, 19 Juni 2009

Tiga Hari Bersama Penghuni Surga

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa’I, Anas bin Malik menceritakan sebuah kejadian yang dialaminya pada sebuah majelis bersama Rasulullah.

Anas bercerita : “pada suatu hari kami duduk bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau bersabda, ‘sebentar lagi akan muncul di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga’ . tiba-tiba muncullah laki-laki Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhunya. Dia mengangkat kedua sandalnya pada tangan sebelah kiri.”

Esok harinya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata begitu juga, “akan datang seorang lelaki penghuni surga.” Dan muncullah laki-laki yang sama. Begitulah Nabi mengulang sampai tiga kali.

Ketika majelis Rasulullah selesai, Abdullah bin Amr bin Al-Ash r.a. mencoba mengikuti seorang lelaki yang disebut oleh Nabi sebagai penghuni surge itu. Kemudian dia berkata kepadanya, “saya ini bertengkar dengan Ayah saya, dan saya berjanji kepada ayah saya bahwa selama tiga hari saya tidak akan menemuinya. Maukah kau member tempat pondokan buat saya selama hari-hari itu?”

Abdullah mengikuti orang itu ke rumahnya, dan tidurlah Abdullah di rumah orang itu selama tiga malam. Selama itu Abdullah ingin menyaksikan ibadah apa gerangan yang dilakukan oleh orang itu yang disebut oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penghuni surge. Tetapi selama itu ia tidak menyaksikan sesuatu yang istimewa di dalam ibadahnya.

Kata Abdullah “setelah lewat tiga hari aku tidak melihat amalannya sampai-sampai aku hampir meremehkan amalannya, lalu aku berkata, ‘hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak bertengkar dengan ayahku, dan tidak juga aku menjauhinya. Tetapi aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang dirimu sampai tiga kali, ‘akan datang seorang darimu sebagai penghuni surge. ‘aku ingin memerhatikan amalanmu supaya aku dapat menirunya. Mudah-mudahan dengan amal yang sama aku mencapai kedudukanmu.”

Lalu orang itu berkata, “yang aku amalkan tidak lebih dari apa yang engkau saksikan”. ketika aku mau berpaling, kata Abdullah, lelaki itu memanggil lagi, kemudian berkata, “demi Allah, amalku tidak lebih dari apa yang engkau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan dari diriku niat yang buruk terhadap kaum Muslim, dan aku tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka.” Lalu Abdullah bin Amr berkata “beginilah bersihnya hatimu dari perasaan jelek dari kaum Muslim, dan bersihnya hatimu dari perasaan dengki. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau sampai ke tmpat yang terpuji itu. Inilah justru yang tidak pernah bisa kami lakukan”

.........

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “setiap masa ada orang yang sangat dekat dengan Allah (yang oleh Rasulullah disebut abdal). Kalau salah seorang di antara mereka mati, maka Allah akan menggantikannya dengan orang yang lain. Begitulah orang itu selalu ada di tengah-tengah masyarakat.”

Rasulullah mengatakan bahwa berkat kehadiran mereka, Allah menyelamatkan suatu masyarakat dari bencana. Karena merekalah Allah menurunkan hujan; karena merekalah Allah menumbuhkan tanaman; dan karena merekalah Allah menghidupkan dan mematikan. Sehingga para sahabat bertanya kepada Rasulullah “apa maksudnya ‘karena merekalah Allah menghidupkan dan mematikan?’” Rasulullah menjawab : “kalau mereka berdoa agar Allah memanjangkan usia seseorang, maka Allah panjangkan usianya. Kalau mereka berdoa agar orang zalim itu binasa, maka Allah binasakan mereka”. Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “orang ini mencapai kedudukan yang tinggi bukan karena banyak shalatnya, bukan karena banyak puasanya, bukan pula karena banyaknya ibadah hajinya, tetapi karena dua hal ; yaitu memiliki sifat kedermawanan dan kecintaan yang tulus kepada sesama kaum Muslim”

Selasa, 16 Juni 2009

Nasehat Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad Mengenai Bani Alawi

Berkata Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad : “ Tak seorangpun dari Bani Alawi boleh menyalahi cara-cara yang ditempuh oleh sesepuhnya dahulu, dan tidak boleh juga menyimpang dari jalan hidup dan perilaku mereka.." seterusnya dikatakan “sebab jalan mendekatkan diri kepada Allah (thariqah) yang mereka tempuh dibuktikan dengan kebenarannya oleh Al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW, dan berbagai riwayat hadits serta sejarah kehidupan kaum salaf. Dan kaum salaf itulah yang secara berantai menerima peninggalan para sesepuhnya, sampai kepada datuk pertama, Nabiyullah Muhammad SAW. Dalam hal ini masing-masing dari mereka itu mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri..”

Imam Al-Haddad selanjutnya berkata: “Adapun orang dari keturunan Ahlul Bait yang tidak mengikuti jejak para sesepuh mereka yang suci, orang demikian telah kerasukan angan-angan yang merusak disebabkan oleh ketidaktahuan mereka akan soal-soal agama. Meski demikian mereka masih tetap harus dihormati, karena tali kekerabatannya dengan Rasulullah SAW. Ia harus diingatkan dan diberi nasehat-nasehat dan didorong agar mau mempelajari dan mengkaji ilmu-ilmu agama seperti yang dilakukan oleh para sesepuh mereka, banyak berbuat kebajikan, menghayati akhlaq mulia dan berprilaku yang diridhai Allah SWT. Mereka harus diberi tahu bahwa merekalah yang paling layak menghayati kehidupan seperti itu dan lebih wajib daripada kaum muslimin lainnya. Mereka harus diberi peringatan sebaik-baiknya, bahwa nasab (keturunan) saja tidak bermanfaat, tidak akan mengangkat derajat seseorang tanpa dibarengi dengan ketaqwaan kepada Allah SWT, apalagi jika ialebih mengutamakan soal-soal keduniaan, mengabaikan ketaatan dan mengotori dirinya sendiri dengan perbuatan-perbuatan yang menyalahi ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya.”

Dalam Kitabnya yang berjudul ‘Fushulul’Ilmiyah Wa-Ushulul Hikamiyyah, Imam Al-Haddad berkata: “siapapun yang mendukung ahlulbait, tidak boleh mengangung-agungkannya dan tidak boleh juga memuji-muji orang yang bodoh (jahil) kendati orang jahil itu berasal dari keturunan mulia (syarif) atau keturunan dari kaum salaf (sahabat nabi) yang saleh. Sebab, mengangung-agungkan dan memuji-muji orang ahlul bait secara berlebihan menurut kenyataannya akan dapat membuatnya lengah terhadap agama dan dapat pula nubuatnya merasa bangga di hadapan Allah. Juga dapat menjauhkan diri dari amal shaleh dan membuatnya lalai akan menambah bekal kehidupan akhiratnya. Oarng yang mengagung-agungkan dan memuji anggota ahlul bait hingga tergelincir dalam kebanggaan, sama dengan orang yang berusaha menjerumuskan mereka ke dalam bencana. Jika demikian mereka itu layak menerima murka Allah dan Rasul-Nya, dan dari kaum saleh (shalihin) asal keturunan mereka, yang mereka pandang sebagai sumber kemuliaan mereka, khususnya mereka yng jahil (tidak berilmu)”


sumber:

Sekilas Tentang Kaum Alawiyin (Habaib) –Idrus Alwi.

Minggu, 24 Mei 2009

Memulai Ketaatan

Bismillah Wal Hamdulillah. Ya Rabb Pemilik jagad raya beserta seluruh Isinya, dengan Ilmu dan rahasiaMu yang Maha Mengagumkan. Ya Allah Ampuni gadis kecil ini, yang hanya ingin menjadi berharga dalam masa mudanya, yang mengemis cintaMu tanpa henti, meski kadang hamba terperosok dan khilaf karena hamba kurang mengingatMu.
Dari Abu Hurariah r.a., dari Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Ada tujuh golongan yang mendapat naungan dari Allah SWT pada hari kiamat kelak, di mana tidak ada sama sekali naungan pada hari itu melainkan naungan dari Allah SWT;

1. Imam (raja atau penguasa) yang adil,
2. Pemuda yang menjadi dewasa dalam beribadat kepada Allah,
3. Orang yang hatinya tergantung di masjid,
4. Dua orang yang saling mencintai satu sama lain kerana Allah. Mereka berkumpul kerana Allah dan berpisah kerana Allah.
5. Seorang laki-laki yang dirayu oleh seorang wanita bangsawan yang cantik untuk berbuat mesum, lalu dia menolak dengan kata, 'Aku takut kepada Allah.'
6. Orang yang bersedekah dengan diam-diam, sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kirinya.
7. Orang yang mengalir air matanya ketika berzikir, mengingat dan menyebut nama Allah dalam keadaan bersunyi diri kerna mengingatkan sifat Jalal dan sifat Jamal Allah SWT."
(Shahih Muslim, diriwayatkan juga oleh Abu Daud dan Ibnu Majah)

Sungguh berat menjalani kesabaran untuk mencapai ketaatan kepada Allah. Dunia yang berdandan dengan kemewahan dan kesenangan, lingkungan yang jauh dari syariat, kawan yang saling menjerumuskan, kawan yang tidak pernah mengingatkan, kawan yang mengajak bersenang-senang.. Ya Rabb, tidak ada yang lebih baik dari menutup mata terhadap kemaksiatan,,,

Tidak ada kata berhenti untuk mengejar keshalehan., sekali terjatuh dalam khilaf dan kemaksiatan, jangan putus asa dari Rahmat Allah.. karena keburukan akhlak bukanlah takdir, bukanlah hal yang tidak bisa dirubah. Bersegaralah untuk menjadi muslim yang kaffah (sempurna dalam menjalankan syariat Islam)… jangan pernah berkata bahwa diri sendiri buruk, penuh maksiat, dan tidak mau berubah sebelum Allah takdirkan, sebelum Allah tetapkan saatnya, sebelum Allah datangkan hidayah… Ikhwah, pemikiran seperti itu adalah salah besar, Allah telah menetapkan dalam diri manusia itu fitrah yang condong kepada kebaikan, dan nafsu. Setiap manusia mendapat risalah dari Allah yang seringkali tidak ia sadari,baik dalam bentuk teguran dari sahabat, mendengar ceramah, kejadian alam, hingga melalui mimpi. Jika orang tersebut mengikuti risalah yang bersumber dari Allah tersebut, dan bersegera untuk menjadi Muslim yang bertaqwa (menjalankan perintah Allah, menjauhi Larangan-Nya), maka ia telah mengalahkan nafsunya. Namun jika ia tidak mau menaati Allah dan mengabaikan risalah yang datang padanya, maka tunggu pada saat Allah mendatangkan keputusan-Nya, ketika Allah kunci mati hatinya..!

Alhamdulillah, sekarang ini banyak ukhti-ukhti para muslimah yang telah mengenakan khimar/kerudung (kain yang menutup kepala hingga dada), Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Tapi ada yang sedikit disayangkan, mereka mengenakan khimar tersebut beserta celana jeans ketat atau baju pendek, atau ukhti tersebut mengenakan kerudung yang pendek, tidak sampai menutup ke dada atau juga, kerudung mereka kadangkala masih dilepas, *ketentuan
selanjutnya baca…
* Atau, ada yang melepas khimarnya di dalam rumah, diperbolehkan, tapi ingat…lihat dulu, harus dipastikan di dalam rumah tidak ada yang bukan muhrim.

Sebagai sesama muslim, saudara fillah, kita harus selalu mengingatkan. Mungkin saja ukhti-ukhti tersebut tidak mempelajari hukum syariat lebih lanjut, sehingga mereka belum paham akan aturan-aturan dalam pakaian muslimah. Atau mungkin di lingkungan keluarga dan pertemanan, tidak ada orang-orang yang mendorong dan memberikan nasihat untuk membentengi keimanan mereka.

Maka ingatlah firman Allah:

#وَالْعَصْرِ
#إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ #وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (Al-Ashr:1-3)”

Marilah kita berusaha menjadi orang-orang yang beruntung dengan beramal shalih dan saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran, jangan berhenti untuk belajar, disaat iman terasa mulai menipis, segeralah perbanyak ibadah dan mengingat Allah subhanahu wa ta’ala, mencari teman yang shalih, membaca buku-buku agama, mendengarkan ceramah, dan jauhi terlalu banyak candaan, bersenang-senang hingga lalai mengingat Allah, dan teman yang mengajak kepada maksiat.

Saudaraku fillah, ketaatan tidaklah mudah, mungkin pahit pada awalnya, tapi manis jika ikhlas dijalani, dan berujung pada ridho Allah subhanahu wa ‘ta’ala..
Ya Allah Maha Luas Ilmu-Mu, tiada daya upaya selain pertolonganMu, mudahkan kami menjalankan ketaatan, mudahkan dan bukakan hati kami untuk menerima kebaikan dan petunjuk dariMu..aamiin ya Rabb…


Sabtu, 16 Mei 2009

Buku Bagus...Buku Bagus.... ^o^


ESQ for Teens : Ginanjar Agustian & Ridwan Principles
Membaca Buku ini, rasanya seperti mengikuti training ESQ langsung! Mau tau gimana caranya jadi remaja yang PeDe? Atau gimana sih caranya menumbuhkan jiwa kepemimpinan Kamu? Di dalam buku ini, kamu juga diajarin cara membangun visi dalam hidup… so, hidup kamu Insya Allah akan lebih terarah



17 Habaib Berpengaruh di Indonesia : Abdul Qadir Umar Mauladawilah
Buku ini berisi biografi dan peranan 17 Ulama Dzuriyat (keturunan) Rasulullah di Indonesia. Buku ini juga dilengkapi dengan 210 foto-foto 17 Habaib tersebut. Di dalamnya terdapat kisah dan tauladan kaum shalihin sehingga menyejukkan hati dan akan membuat para pembaca terasa sangat dekat dengan mereka.


Astagfirullah: Islam Jangan Dijual : Eko Prasetyo
Masih dengan ciri khas Bang Eko Prasetyo yang ‘pedas’ dan ‘tajam’ dalam tulisan-tulisannya, kali ini kita diajak untuk memikirkan lebih keras bahwa kini, Islam sering dijual dan dijadikan label di pasaran! namun ternyata, sebagian besar dari ummat muslim tidak menyadarinya… so, kalo mo jadi Muslim yang pinter, baca deh buku ini!




Mengenal Aliran-aliran dalam Islam dan Ciri-ciri Ajarannya : Drs. KH.M.Sufyan Raji Abdullah, Lc.
Di dalam buku ini kamu bisa menemukan sejumlah Aliran, faham, Firqoh, hingga aliran kebatinan beserta sejarah berdirinya juga pembahasan dan cirri-ciri ajarannya sehingga kamu bisa membandingkan dengan firqoh Najiyah yaitu Ahlusunnah wal Jama’ah.

Rabu, 13 Mei 2009

Hak-hak Wanita Dalam Islam


Ketika Islam datang, situasi wanita sangat buruk. Mereka tidak mempunyai hak-hak atau nilai apapun. Islam menyelamatkannya dari kondisi yang buruk ini dan mengangkatnya pada status yang tinggi. Islam membebaskan wanita dari ketidakadilan, dimana mereka tunduk dan menjadikan mereka merasa penting dan sejajar dengan pria.

Gambaran Keadaan Wanita Sebelum Dakwah Islam Datang

A. Wanita di Mata Orang-orang Yunani
Di mata mereka, wanita sangat dilecehkan dan diejek. Sampai-sampai mereka mengklaim kaum wanita sebagai najis dan kotoran dari hasil perbuatan syetan. Bagi mereka, wanita sama rendahnya dengan barang dagangan yang bisa diperjual belikan di pasar-pasar. Wanita boleh di rampas haknya. Tidak perlu diberikan hak bagian harta pusaka dan juga tidak berhak menggunakan hartanya sekalipun.

B. Wanita di Mata orang-orang Romawi
Di zaman Romawi yang orang-orangnya memiliki semboyan cukup terkenal “wanita itu tidak punya ruh”, kaum wanita mengalami berbagai macam siksaan yang kejam. Betapa tidak, sering kali mereka harus menahan panasnya minyak yang dituangkan ke tubuhnya yang sudah diikat di sebuah tiang. Bahkan kadang mereka di ikatkan pada ekor kuda lalu dibawanya lari sekencang mungkin sampai mati.

C. Wanita di Mata Orang-orang Cina
Orang-orang cina menyamakan wanita dengan air penyakit yang membasuh kebahagiaan dan harta. Seorang berkebangsaan Cina berhak menjual istrinya sebagaimana budak perempuan. Apabila seorang wanita Cina menjadi janda, maka keluarga mendiang suami berhak atas dirinya. Jadi, ia seperti barang peninggalan yang bisa diwarisi. Bahka seorang suami berhak mengubur istrinya hidup-hidup.

D. Wanita di mata orang-orang Hindu
Di mata orang-orang Hindu, seorang wanita tidak berhak untuk hidup setelah ditinggal mati oleh suaminya. Pada hari kematian suaminya, ia juga harus ikut mati, atau ia harus membakar dirinya dalam keadaan hidup bersama suaminya.

E. Wanita di mata Orang-orang Persia
Menurut mereka, seseorang boleh saja menikahi ibunya sendiri, saudara perempuan kandung, tante, bibi, keponakannya dan muhrim-muhrimnya yang lain.
Pada saat haid, seorang wanita akan diasingkan ke tempat yang jauh dari luar kota. Terlebih kalau ia kebetulan menjadi istri atau di bwah kekuasaan dictator, maka nasibnya berada di tangan laki-laki itu, mau dibunuh atau dibiarkan hidup.


F. Wanita di Mata orang-orang Nasrani.
Pernah salah seorang yang dianggap suci di antara mereka mengatakan, “sesungguhnya wanita adalah sumber kejahatan, malapetaka yang disukai, sangat penting bagi keluarga dan rumah tangga, pembunuh yang dicintai, dan musibah yang dicari.
Pada tahun 586 M, orang-orang Perancis pernah menyelenggarakan sebuah konferensi untuk membahas masalah ini :
“apakah wanita itu bisa dianggap manusia atau tidak? Apakah wanita itu punya ruh atau tidak? Kalau punya ruh, maka apakah ruhnya itu ruh hewan atau ruh manusia? Kalau ruhnya manusia, apakah ia sama dengan laki-laki atau lebih rendah?”
Akhirnya konferensi itu membuat kesimpulan “sesungguhnya wanita dalah seorang manusia, akan tetapi, diciptakan untuk melayani kaum laki-laki saja”
Undang-undang sipil Perancis pasca revolusi menetapkan, oarng-orang yang tak perlu diperhitungkan adalah anak kecil, orang gila dan wanita, sampai pada tahun 1938 ketetapan itu diganti.

G. Wanita di Mata Orang-orang Arab Jahiliyah
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (An-Nahl: 58-59)”

Pada zaman Jahiliyah dulu, wanita tidak memiliki hak waris. Seorang wanita pada waktu itu tidak mempunyai hak apapun terhadap suaminya. Sebaliknya, seorang suami berhak menceraikan istrinya lalu merujuknya lagi, kemudian menceraikan lalu merujuknya kembali. Apabila seorang suami mati, maka anak yang paling tua bisa mengawini ibu(tiri)nya. Kalau tidak ia berhak mengawinkannya kepada siapa saja yang ia kehendaki.

Dan Islam Rahmatan lil Alamin

Islam telah mengangkat martabat kaum wanita. Pria dan wanita benar-benar sejajar dalam pertimbangan manusia, masing-masing memiliki kemanfaatan atas yang lain.

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al-Isra’ :70).

Ketika kitab suci Al-Qur’an berbicara mengenai manusia atau anak-anak Adam, itu berarti pria dan wanita. Tetapi jika Al-Qur’an ingin menunjuk salah satu di antara mereka secara tunggal, maka akan menggunakan istilah ‘pria’ atau ‘wanita’.

Nabi Muhammad saw menggambarkan hubungan antara pria dan wanita dalam cara berikut:
“wanita adalah saudara perempuan pria, mereka juga memiliki hak dan kewajiban, semua dalam hubungan yang adil dan layak” (dalam sunan Tirmidzi). Penggunaan kata “saudara perempuan” menunjukkan secara jelas mengenai kesetaraan antara mereka. Bagi Allah, pria dan wanita adalah setara kecuali dalam amal kebaikan yang mereka kerjakan.

Sebagaimana Allah swt berfirman :

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (Q.S An-Nahl : 97)”

“Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun. (Q.S An-Nisa: 124)”

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. (Q.S Ali-Imran: 195)”

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S At-Taubah: 71)”

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S Al-Ahzab: 35)

Emansipasi wanita, gerakan yang sangat diagung-agungkan oleh banyak orang, khususnya wanita sendiri, agaknya jangan kebablasan sehingga wanita menjadi lupa diri dan melanggar aturan-aturan Allah swt. Cukuplah Islam mengatur hak-hak, apa yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan oleh wanita dengan sangat sempurna.

Sabtu, 09 Mei 2009

Asal Usul Sebutan Alawiyin

Nenek moyang golongan Sayyid di Hadramaut adalah seorang yang bernama Ahmad bin Isa yang dijuluki Al-Muhajir, yang menurut tradisi telah menetap di negeri itu selama 10 Abad. Ia berasal dari Basora Irak. Kepindahannya ke Hadramaut disebabkan kekusaan dictator kekhalifahan Bani Abbas yang secara turun menurun memimpin umat Islam, mengakibatkan rasa ketidakpuasan di kalangan rakyat. Rakyat mengharapkan salah satu keturunan Rasulullah dapat memipin mereka. Akibat dari kepemimpinan yang dictator, banyak kaum muslim berhijrah, menjauhkan diri dari pusat pemerintahan Baghdad dan menetap di Hadramaut. Imam Ahmad bin Isa keadaannya sama dengan para sesepuhnya. Beliau seorang ‘alim, ‘amil (mengamalkan ilmunya), hidup bersih dan wara’ (pantang bergelimang dalam soal keduniaan). Allah swt mengaruniainya dua ilmu sekaligus, ilmu tentang soal-soal lahir dan ilmu tentang futuhatul-bathin (mengetahui beberapa masalah ghaib). Di Iraq beliau hidup terhormat dan disegani, mempunyai kedudukan terpandang dan mempunyai kekayaan cukup banyak.

Ketika beliau berangkat hijrah dari Iraq ke Hijaz pada tahun 317 H beliau di temani oleh istrinya, Syarifah Zainab bintiAbdullah bin Al-Hasan bin ‘Ali Al-‘Uraidhy, bersama putera bungsunya bernama Abdullah, yang kemudian dikenal dengan nama Ubaidillah. Turut serta dalam hijrah itu cucu beliau yang bernama Ismail bin Abdullah yang dijuluki dengan Bashriy. Turut pula dua anak lelaki dari paman beliau dan orang-orang yang bukan dari kerabat dekatnya. Mereka merupakan rombongan yang terdiri dari 70 orang. Imam Al-Muhajir membawa sebagian dari harta kekayaannya dan beberapa ekor unta ternaknya. Sedangkan putera-putera yang lain ditinggalkan menetap di Iraq.

Tibalah Imam Al-Muhajir di Madinah Al-Muhajir di Madinah Al-Munawwarah dan tinggal disana selama satu tahun. Pada tahun itulah kaum Qaramithah memasuki kota Makkah dan menguasainya. Mereka meletakkan pedang di Al-Hajij dan memindahkan Hajarul-Aswad dari tempatnya ke tempat yang lain yang dirahasiakan. Pada tahun berikutnya Al-Muhajir berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Dari Makkah beliau menuju Asir lalu ke Yaman. Di Yaman beliau meninggalkan anak pamannya yang bernama Sayyid Muhammad bin Sulaiman, datuk kaum Sayyid Ahadilah. Kemudian Imam Al-Muhajir berangkat menuju Hadramaut dan menetap di Hasisah. Imam Al-Muhajir menetap di Hadramaut atas dasar pengarahan dari Allah swt. Sebab kenyataan menunjukkan, setelah beliau hijrah ke negeri itu di sana memancar cahaya.

Terang sesudah beberapa lama gelap gulita. Penduduk yang awalnya bodoh berubah menjadi mengenal ilmu. Imam Al-Muhajir dan keturunannya berhasil menundukkan kaum Khawarij dengan dalil dan argumentasi. Kaum Khawarij tidak mengakui atau mengingkari Imam Al-Muhajir berasal dari keturunan Nabi Muhammad saw. Untuk memantapkan kepastian nasabnya sebagai keturunan Rasulullah saw Sayyid Ali bin Muhammad bin Alwi berangkat ke Iraq. Di sanalah ia beroleh kesaksian dari seratus orang terpercaya dari mereka yang hendak berangkat menunaikan ibadah haji. Kesaksian mereka yang mantap ini lebih memantapkan lagi di Makkah dan beroleh kesaiksian dari rombongan Hujjaj Hadramaut sendiri. Dalam upacara kesaksian itu hadir bebrapa kaum Khawarij, lalu mereka ini menyampaikan berita tantang kesaksian itu ke Hadramaut. Dengan demikian, mantaplah sudah pengakuan masyarakat luas mengenai keutamaan para Ahlul Bait sebagai keturunan Rasulullah saw melalui puteri beliau Siti Fatimah Az-Zahrah dan Imam Ali bin Abi Thalib. Al’Allamah Yusuf bin Ismail An-Nabhani dalam bukunya Riyadhul Jannah mengatakan: “kaum Sayyid Al-Ba Alwiy oleh umat Muhammad saw sepanjang zaman dan di semua negeri telah diakui bulat keturunan maupun kekrabatan, dan mereka itu adalah orang-orang yang paling tinggi ilmu pengetahuan agamanya, paling banyak keutamaannya dan paling tinggi budi pekertinya.”

Al-Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam bukunya “Risatul Muawwanah” mengatakan Al-Imam Muhajir Syekh Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Al-Imam Ja’far Shadiq, ketika menyaksikan munculnya bid’ah, pengobralan hawa nafsu dan perbedaan pendapat yang makin menghangat, maka beliau hijarah dari negaranya (Iraq) dari tempat yang satu ke tempat yang lain hingga sampai di Hadramaut, beliau bermukim di sana hingga wafat.

Ahmad bin Isa, dengan maksud memelihara keturunan dari pengaruh buruk dan kesesatan yang nyata yang telah mewarnai kehidupan kekhalifahan Bani Abbas, turut pula berhijrah dari Basra ke Hadramaut pada tahun 317 H dan wafat di Hasisah pada tahun 345 Hijriah. Imam Ahmad bin Isa mempunyai empat orang putera yaitu Ali, Husein, Ubaidillah dan Muhammad. Ubaidillah hijrah bersamaayahnya ke Hadramaut dan mendapat tiga orang putera yaitu Alwi, Jadid dan Ismail (Bashriy). Dalam tahun-tahun terakhir abad ke 6 H keturunan Ismail dan Jadid punah dalam sejarah, sedangkan keturunan Alwi tetap lestari. Mereka menamakan diri dengan nama sesepuhnya, Alwi yang kemudian dikenal dengan kaum Sayyid Alawiyin (menurut Sayyid Muhammad Ahmad As-Syatri dalam bukunya Siratus-Salaf min Bani Alawi al-Husainiyyin, gelar yang diberikan oleh masyarakat Hadramaut kepada tokoh-tokoh besar Alawiyin ialah ; IMAM, dari abad III H sampai abad VII H, SYAIKH dari abad VII sampai abad XI H, HABIB dari pertengahan abad XI sampai abad XIV, SAYYID dari awal abad XIV), atau dengan logat hadramaut mereka disebut Al-Ba’Alawiy. Sejarawan Hadramaut Muhammad Bamuthrif mengatakan bahwa ‘alawiyin’ atau ‘qabilah Ba’alawiy’ dianggap qabilah yang terbesar jumlahnya di Hadramaut dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika. Qabilah Alawiyin di Hadramaut dianggap orang Yaman karena mereka tidak berkumpul kecuali di Yaman dan sebelumnya tidak terkenal di luar Yaman.

Jauh sebelum itu, yaitu pada abad-abad pertama Hijriah julukan Alawiy digunakan oleh setiap orang yang bernasab kepada Imam Ali bin Abi Thalib, naik nasab atau keturunan dalam arti yang sesungguhnya maupun dalam arti persahabatan akrab. Kemudian sebutan itu (Alawiy) hanya khusus berlaku bagi anak cucu keturunan Imam Al-Hasan dan Imam Al-Hussein. Dalam perjalanan waktu berabad-abad, akhirnya sebutan Alawiy hanya berlaku bagi anak cucu keturunan Imam Alwi bin Ubaidillah. Alwi adalah anak pertama dari cucu-cucu Imam Ahmad bin Isa yang lahir di Hadramaut. Keturunan Ahmad bin Isa yang menetap di Hadramaut ini dinamakan “ALAWIYIN” diambil dari nama cucu beliauAlwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa yang dimakamkan di kota Sumul. Dari keturunan Imam Alwiy bin Ubaidillah muncul sejumlah ‘Ulama-auliya, mereka mengkhususkan perhatian hanya kepada dakwah mengajak manusia kembali kepada kebenaran Allah swt. Setiap orang dari mereka mempunyai sanad (sandaran) yang bersambung ke Rasulullah saw.

Kamis, 30 April 2009

ISLAM MENGHENDAKI KETIDAKTOLERANSIAN dan EKSTREMISME SERTA ISTILAH “MUSLIM” TELAH MENJADI SINONIM DENGAN “TERORIS” ?

Ibarat membaca buku dengan tidak tuntas, beberapa kalangan khususnya non-muslim telah banyak berprasangka buruk terhadap Islam. Terutama setelah peristiwa 11 September (WTC).

Dan inilah jawaban mengenai tuduhan Islam sebagai agama teroris dan ekstrim:

“teks Al-Qur’an secara jelas melarang ketidaktoleransian dan ekstremisme:

دِينِكُمْ فِي تَغْلُوا ﻵ
“Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu (An-Nisa-171)”

Umat Islam digambarkan sebagai bangsa yang adil:

وَيَكُونَ النَّاسِ عَلَى شُهَدَاءَ لِتَكُونُوا وَسَطًا أُمَّةً جَعَلْنَاكُمْ وَكَذَلِكَ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ الرَّسُولُ
“kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan (Al-Baqarah-143)

Allah swt juga memperingatkan kepada Nabi saw dan orang-orang mukmin untuk tidak melampaui batas :

تَعْمَلُونَ بِمَا إِنَّهُ تَطْغَوْا وَلا مَعَكَ تَابَ وَمَنْ أُمِرْتَ كَمَا فَاسْتَقِمْ بَصِيرٌ
“maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu, dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas (Hud-112)

Barang siapa berfikir secara dalam mengenai hikmah dan ajaran-ajaran Islam, maka akan benar-benar sadar bahwa mereka berada dalam prinsip-prinsip kemudahan dan keampunan. Allah swt berfirman:

الْعُسْرَ بِكُمُ يُرِيدُ وَلا الْيُسْرَ بِكُمُ اللَّهُ يُرِيدُ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (Al-Baqarah-185)”

Hal demikian juga bisa dilihat dalam tatacara peribadatan Islam seperti Shalat, puasa, zakat, dan haji yang menanamkan sifat-sifat mulia dan standart moral yang tinggi (penghormatan terhadap ikatan kekeluargaan, saling memaafkan, keadilan, kesabaran, dan saling membantu untuk tetap pada jalan yang benar) Allah swt Berfirman :

وَالْمُنْكَرِ الْفَحْشَاءِ عَنِ تَنْهَى الصَّلاةَ إِنَّ
“sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar (Al-Ankabut-45)

Diceritakan bahwa Nabi SAW bersabda : “puasa adalah perisai yang menjagamu dari perbuatan keji dan kebodohan. Jika ditantang untuk berkelahi, orang berpuasa harus menjawab dengan mengulangi dua kali “aku sedang berpuasa (HR.Bukhari).
Nabi saw juga menyatakan bahwa Allah swt menganggap sebagai suatu sedekah, yaitu perbuatan yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan rintangan yang membahayakan dari jalan, memohonkan berkah Allah untuk orang yang bersin (dengan mengucapkan Yarhamukallah/yarhamukillah), member salam dan menjawabnya dengan yang lebih baik dari yang ia terima. Harus dicatat disini, bahwa salam yang dipakai oleh umat Islam adalah Assalamu Alaikum (semoga keselamatan tetap padamu)
Bahkan, benar-benar bahwa ketika Nabi saw masih hidup, beberapa orang Muslim menyalahartikan ajaran Islam. Mereka menganggap bahwa orang Muslim harus selalu mengabdikan hidupnya untuk beribadah, yang mengarah kepada kehidupan asketisme dan melepaskan kearunia dari dunia ini. Karena itu, Nabi saw harus menunjukkan kepada mereka tentang kesalahan yang dilakukan dan menjelaskan kepada mereka bahwa orang muslim yang terbaik adalah orang yang berusaha mendamaikan antara ibadah dan tugas-tugas dunianya.
Sesungguhnya inilah apa yang ditetapkan Al-Qur’an dalam ayat berikut:

الدُّنْيَا مِنَ نَصِيبَكَ تَنْسَ وَلا الآخِرَةَ الدَّارَ اللَّهُ آتَاكَ فِيمَا وَابْتَغِ
اللَّهُ إِنَّ الأرْضِ فِي الْفَسَادَ تَبْغِ وَلا إِلَيْكَ لا اللَّهَ أَحْسَنَ كَمَا وَأَحْسِنْ
الْمُفْسِدِينَ يُحِبُّ اللَّهَ

Pada kenyataannya, Islam datang untuk menegakkan keseimbangan dan kesejajaran setelah ekstremisme yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi ketika mereka menolak alam dengan melarang apa yang telah diperbolehkan dan disenangi Allah dalam persoalan-persoalan dunia dan dalam kebohongan dan kepalsuan untuk mengumpulkan keuntungan. Islam juga datang untuk memperbaiki ekstremisme yang dilakukan oleh orang-orang Kristen ketika mereka melampaui kehendak Tuhan dan menetapkan pada rahibnya sebuah kehidupan kematangan, pengasingan, dan pengabdian sepenuhnya untuk beribadah. Allah menyatakan bahwa :

لِعِبَادِهِ أَخْرَجَ الَّتِي اللَّهِ زِينَةَ حَرَّمَ مَنْ قُلْ
“Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya (Al-A’raaf-32)

Jadi, telah jelas bahwa ekstremisme dan ketidaktoleran tidak ditetapkan oleh agama, tetapi sebaliknya, hal itu diakibatkan oleh konseptualisasi yang salah atau tidak lengkap. Nabi Saw telah mencatat bahwa orang ekstremis bisa menjadi tidak beragama (kafir) sebagai akibat dari penafsiran yang tidak benar dan bacaan-bacaan yang ia buat mengenai agamanya.

Abi Said Al-Khudry meriwayatkan bahwa : “ketika Nabi saw sedang membagikan bagian, Abdullah ibn al-Khuwaisyira al-Tamimi datang dan berkata : ‘jujurlah wahai Nabi! Siapa yang lebih jujur dan adil daripada aku?’ terhadap hal ini Umar ibn Khattab berkata : ‘wahai Nabi! Biarkan aku memotong lehernya!’ kemudian Nabi saw bersabda : ‘biarkan dia!ada seorang seperti dia yang memulai jalan yang benar, ajlan sebuah anak panah yang menyimpang dari haluannya *Bukhari telah meriwayatkan bahwa telah terjadi konsesnsus tentang keshahihan dari ucapan ini*
Ini berarti bahwa mereka menjadi terlalu kokoh dalam ketaatan ibadahnya, tetapi mereka tidak mengerti signifikasi dan esensinya. Terlebih dari itu, mereka bahkan tidak menyadari bahwa sikap yang baik merupakan esensi dari setiap ibadah.

Mengenai dugaan terorisme, yang mana telah melekat dalam Islam, hal ini digambarkan berdasarkan tindakan sangat sedikit orang atau kelompok yang bersembunyi di balik topeng agama, dan Islam tidak menyetujui jenis orang ini. Sebenarnya, tidak pernah diceritakan bahwa para sahabat Nabi saw atau para khalifah ortodok pernah membunuh seorang non-muslim yang damai atau mencoba menyuruhnya masuk Islam di bawah ujung pedang. Juga tidak pernah diketahui bahwa diantara mereka membunuh seorang muslim karena dia mempertahankan pendapat yang berbeda atau mengikuti golongan yang berbeda. Yang dikatakan Al-Qur’an tentang ini:
النَّاسَ قَتَلَ فَكَأَنَّمَا الأرْضِ فِي فَسَادٍ أَوْ نَفْسٍ بِغَيْرِ نَفْسًا قَتَلَ مَنْ
جَمِيعًا النَّاسَ أَحْيَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَاهَا وَمَنْ جَمِيعًا
“barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya (Al-Maidah-32)

Islam juga mendorong orang Muslim untuk memperlakukan orang non-muslim dengan perbuatan yang baik dan berlaku adil :
دِيَارِكُمْ مِنْ يُخْرِجُوكُمْ وَلَمْ الدِّينِ فِي يُقَاتِلُوكُمْ لَمْ الَّذِينَ عَنِ اللَّهُ يَنْهَاكُمُ ﻻ
" Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (al-Mumtahanah-8)

Sebenarnya, terorisme telah menjadi fenomena Internasional, yang mana setiap masyarakat dan agama menderita karenanya. Terorisme adalah musuh Islam yang berusaha keras untuk menjadikannya Nampak seolah-olah masyarakat Muslim adalah satu-satunya yang menciptakan para teroris. Tuduhan seperti itu sama sekali tidak ditemukan. Terdapat lebih dari satu milyar umat Islam yang hidup damai di seluruh dunia dan yang bermaksud bersungguh-sungguh untuk menjamin keamanan dan stabilitas social, karena mereka mengetahui bahwa prinsip-prinsip pokok dari agamanya adalah berdasarkan pada perdamaian dan toleransi

Sumber :Islam Agama Teroris? – Dr. Ahmad Shalabi , dkk

HIJAB, Mengapa Tidak Kau Kenakan?

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (An-Nur:31)

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Al-Ahzab:59

QS. An-Nur:31 yang mulia di atas memberikan batas yang jelas tentang orang-orang yang menjadi muhrim bagi seorang wanita, yang boleh menampakkan perhiasan (bagian badan tempat perhiasan) kepadanya, tanpa maksud pamer dan menyombongkan diri, dan sekaligus perintah untuk menggunakan khimar (kerudung), sementara QS. Al-Ahzab:59 menegaskan mengenai perintah berjilbab (menggunakan baju kurung yang tidak sempit yang menutupi seluruh tubuh)
Namun, apa yang menghalangi ukhti sehingga enggan menggunakannya?


• BELUM MANTAP
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab: 36)

Jika ukhti percaya dan beriman bahwa Allah Maha Bijaksana dan lebih mengetahui penetapan hokum dari padanya, maka jika telah datang perintah Allah tidak ada lagi pilihan baginya kecuali mentaati perintah tersebut. Ketika mendengar perintah Allah tidak ada lagi pilihan baginya kecuali mentaatinya.
الْمَصِيرُ وَإِلَيْكَ رَبَّنَا غُفْرَانَكَ وَأَطَعْنَا سَمِعْنَا وَقَالُوا
mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (Al-Baqarah: 285)
ketika Allah memerintahkan kita dengan suatu perintah, Dia Maha mengetahui bahwa perintah itu untuk kebaikan kita. Demikian pula ketika memerintahkan wanita untuk berhijab, Dia Maha Mengetahui bahwa itulah sebab tercapainya kebahagiaan, kemuliaan, dan keagungan wanita.
Dengan kepercayaan seperti ini, apakah patut dan masuk akal kita menolak perintah Allah yang Maha Luas ILMU-Nya? Lalu kita menerima perkataan manusia atau teman-teman yang mengajak tanpa di dasari ilmu dan tanpa memikirkan kebaikan di baliknya.

ukhti, jangan terjerumus pada pertentangan.
Ketika engkau menasehati sebagian ukhti yang belum berhijab, sebagian mereka ada yang menjawab : “saya juga seorang muslimah, selalu menjaga shalat lima waktu, dan sebagian shalat sunnah, puasa ramadhan, aktif di organisasi social, tapi saya belum mantap berhijab”

Pertanyaan buat ukhti:
Kalau memang ukhti sudah melakukan amalan terpuji, yang berpangkal dari iman dan ketakutan atas siksa-nya jika meninggalkan itu, mengapa ukhti beriman kepada sebagian dan tidak beriman kepada sebagian yang lain? Padahal sumber perintahnya adalah satu?
Sebagaimana shalat yang selalu ukhti jaga adalah suatu kewajiban, demikian juga halnya dengan hijab. Hijab itu wajib, dan kewajiban itu tidak diragukan adanya dalam Al-Qur’an dan sunnah.

• IMAN ITU LETAKNYA DI HATI

“sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk-bentuk lahiriahmu, tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian” (HR.Muslim No: 2564 dari Abu Hurairah)

Iman tidak cukup hanya di dalam hati, Iman dalam hati semata tidak cukup untuk menyelamatkan diri dari neraka dan mendapatkan surge.
Devinisi iman menurut jumhur ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah : “keyakinan dalam hati,pengucapan dengan lisan, dan pelaksanaan dengan anggota badan”

kalau ukhti yang belum berhijab dengan alasan : Iman itu letaknya dalam hati, lalu andaikata seorang guru memintanya memnuat laporan, atau mengawasi murid-muris, atau memberi pelajaran ekskul, logiskah ia menjawab “ dalam hati, saya percaya, dan belum mantap terhadap yang diminta oleh kepala sekolah kepadaku, tetapi aku tidak mau melaksanakan yang dikehendaki dariku” apakah jawaban ini bisa diterima?
Ini sekedar contoh dalam kehidupan manusia, lalu bagaimana jika urusan itu berhubungan dengan Allah, Tuhan manusia yang memiliki sifat yang Maha Tinggi?

• ALLAH BELUM MEMBERIKU HIDAYAH
Pertanyaannya, “bagaimana ukhti tahu bahwa Allah belum memberi ukhti hidayah?”
Allah telah menerangkan dalam kitab-Nya, bahwa hidayah itu ada dua macam. Masing-masing adalah hidayah dilalah dan hidayah taufiq.

1. Hidayah Dilalah
Ini adalah bimbingan atau petunjuk pada kebenaran. Dalam hidayah ini, terdapat campur tangan dan usaha manusia, di samping hidayah Allah dan bimbingan Rasul-Nya. Allah telah menunjukkan jalan kebenaran kepada manusia yang mukallaf, juga dia telah menunjukkan jalan kebatilan yang menyimpang dari petunjuk para rasul dan kitabnya. Para rasul pun telah menerangkan jalan ini pada kaumnya. Begitu pula para da’i. mereka semua menerangkan jalan ini kepada manusia. Jadi semua ikut ambil bagian dalam hidayah ini.

2. Hidayah Taufiq
Hidayah ini hanya milik Allah semata, tidak ada sekutu baginya (dalam pemberi hidayah taufiq ini). Ia berupa peneguhan kebenaran dalam hati, penjagaan dari penyimpangan pertolongan agar tetap meniti dan istiqomah di jalan kebenaran. Pendorong pada kecintaan iman. Pendorong pada kebencian terhadap kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan.
Hidayah taufiq ini diberikan kepada orang yang memnuhi panggilan Allah dan mengikuti petunjuk-nya. Jenis hidayah ini datang sesudah hidayah dilalah. Sejak awal, dengan tidak pilih kasih, Allah memperlihatkan kebenaran kepada semua manusia. Allah berfirman:

“Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-fushshilat:17)


Dan untuk itu, Allah menciptakan potensi dalam diri setiap orang mukallaf untuk memilih antara jalan kebenaran dan jalan kebatilan. Jika dia memilih jalan kebenaran menurut kemauannya sendiri maka hidayah taufiq akan datang kepadanya. Allah berfirman:

“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.” (QS.Muhammad:17)

Jika dia memilih kebatilan menurut kemauannya sendiri, maka Allah akan menambahkan kesesatan padanya dan Dia mengharamkannya mendapat hidayah taufiq. Allah berfirman:

“Katakanlah: "Barang siapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya; sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepadanya, baik siksa maupun kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolong-penolongnya". (QS.Maryam:75)

adapun sunnatullah dalam perubahan nasib, hanya akan terjadi jika manusia memulai dengan mengubah terlebih dahulu dirinya sendiri, lalu mengupayakan sebab-sebab perubahan yang dimaksudnya. Allah berfirman :
“sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Rad: 11)

Maka orang yang menginginkan hidayah, serta menghendaki agar orang lain mendoakan dirinya, ia harus berusaha keras dengan sebab-sebab yang menghantarkannya mendapat hidayah tersebut.


karena itu, wahai ukhti, berusahalah mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya ukhti mendapatkan hidayah itu dengan izin Allah swt. Di antara usaha itu adalah berdoa agar mendapatkan hidayah, memilih teman yang shalihah, selalu membaca, mempelajari kitab Allah dan sunnah, mengikuti majelis zikir, majelis ilmu dan ceramah agama, membaca buku tentang keimanan dan sebagainya. Tapi jangan lupa tinggalkan hal-hal yang bisa menjauhkanmu dari jalan hidayah. Seperti teman yang tidak baik, membaca majalah yang tidak mendidik, menonton tayangan TV yang tidak mendidik, pacaran, dan hal lain yang bertentangan dengan jalan hidayah.

Kita semua tahu, bahwa untuk istiqomah dalam ketaqwaan sangat tidak mudah. Tapi ukhti jangan putus asa untuk menjaga diri dari maksiat. Insya Allah, Allah melindungi kita dari godaan syaitan dan niat buruk manusia.

Untuk ukhtiku para syarifah cucu Baginda Rasulullah saw, kita mempunyai kewajiban lebih sebagai teladan bagi ukhti yang lain.. ingatlah akhlak mulia kakek kita Baginda Rasulullah, ingatlah air mata hababah Fatimah yang mengalir menyaksikan ahlul bait Rasulullah khususnya para syarifah yang seharusnya menjaga kemuliaan keturunan Rasulullah kini telah banyak mendurhakai Allah dan Rasulnya.

Penulis bukanlah manusia yang sempurna. Ini semua adalah bentuk kecintaan terhadap Rasul dan Ahlul baitnya, dan untuk semua muslimah agar tetap menjaga kehormataannya. karena sesungguhnya ajaran Islam adalah yang paling mulia, yang pertama-tama mengangkat derajat kaum wanita.
Wallahu a’lam bishawab.


sumber : Saudariku apa yang menghalangimu untuk berjilbab – Abdul Hamid AlBilaly