Sabtu, 09 Mei 2009

Asal Usul Sebutan Alawiyin

Nenek moyang golongan Sayyid di Hadramaut adalah seorang yang bernama Ahmad bin Isa yang dijuluki Al-Muhajir, yang menurut tradisi telah menetap di negeri itu selama 10 Abad. Ia berasal dari Basora Irak. Kepindahannya ke Hadramaut disebabkan kekusaan dictator kekhalifahan Bani Abbas yang secara turun menurun memimpin umat Islam, mengakibatkan rasa ketidakpuasan di kalangan rakyat. Rakyat mengharapkan salah satu keturunan Rasulullah dapat memipin mereka. Akibat dari kepemimpinan yang dictator, banyak kaum muslim berhijrah, menjauhkan diri dari pusat pemerintahan Baghdad dan menetap di Hadramaut. Imam Ahmad bin Isa keadaannya sama dengan para sesepuhnya. Beliau seorang ‘alim, ‘amil (mengamalkan ilmunya), hidup bersih dan wara’ (pantang bergelimang dalam soal keduniaan). Allah swt mengaruniainya dua ilmu sekaligus, ilmu tentang soal-soal lahir dan ilmu tentang futuhatul-bathin (mengetahui beberapa masalah ghaib). Di Iraq beliau hidup terhormat dan disegani, mempunyai kedudukan terpandang dan mempunyai kekayaan cukup banyak.

Ketika beliau berangkat hijrah dari Iraq ke Hijaz pada tahun 317 H beliau di temani oleh istrinya, Syarifah Zainab bintiAbdullah bin Al-Hasan bin ‘Ali Al-‘Uraidhy, bersama putera bungsunya bernama Abdullah, yang kemudian dikenal dengan nama Ubaidillah. Turut serta dalam hijrah itu cucu beliau yang bernama Ismail bin Abdullah yang dijuluki dengan Bashriy. Turut pula dua anak lelaki dari paman beliau dan orang-orang yang bukan dari kerabat dekatnya. Mereka merupakan rombongan yang terdiri dari 70 orang. Imam Al-Muhajir membawa sebagian dari harta kekayaannya dan beberapa ekor unta ternaknya. Sedangkan putera-putera yang lain ditinggalkan menetap di Iraq.

Tibalah Imam Al-Muhajir di Madinah Al-Muhajir di Madinah Al-Munawwarah dan tinggal disana selama satu tahun. Pada tahun itulah kaum Qaramithah memasuki kota Makkah dan menguasainya. Mereka meletakkan pedang di Al-Hajij dan memindahkan Hajarul-Aswad dari tempatnya ke tempat yang lain yang dirahasiakan. Pada tahun berikutnya Al-Muhajir berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Dari Makkah beliau menuju Asir lalu ke Yaman. Di Yaman beliau meninggalkan anak pamannya yang bernama Sayyid Muhammad bin Sulaiman, datuk kaum Sayyid Ahadilah. Kemudian Imam Al-Muhajir berangkat menuju Hadramaut dan menetap di Hasisah. Imam Al-Muhajir menetap di Hadramaut atas dasar pengarahan dari Allah swt. Sebab kenyataan menunjukkan, setelah beliau hijrah ke negeri itu di sana memancar cahaya.

Terang sesudah beberapa lama gelap gulita. Penduduk yang awalnya bodoh berubah menjadi mengenal ilmu. Imam Al-Muhajir dan keturunannya berhasil menundukkan kaum Khawarij dengan dalil dan argumentasi. Kaum Khawarij tidak mengakui atau mengingkari Imam Al-Muhajir berasal dari keturunan Nabi Muhammad saw. Untuk memantapkan kepastian nasabnya sebagai keturunan Rasulullah saw Sayyid Ali bin Muhammad bin Alwi berangkat ke Iraq. Di sanalah ia beroleh kesaksian dari seratus orang terpercaya dari mereka yang hendak berangkat menunaikan ibadah haji. Kesaksian mereka yang mantap ini lebih memantapkan lagi di Makkah dan beroleh kesaiksian dari rombongan Hujjaj Hadramaut sendiri. Dalam upacara kesaksian itu hadir bebrapa kaum Khawarij, lalu mereka ini menyampaikan berita tantang kesaksian itu ke Hadramaut. Dengan demikian, mantaplah sudah pengakuan masyarakat luas mengenai keutamaan para Ahlul Bait sebagai keturunan Rasulullah saw melalui puteri beliau Siti Fatimah Az-Zahrah dan Imam Ali bin Abi Thalib. Al’Allamah Yusuf bin Ismail An-Nabhani dalam bukunya Riyadhul Jannah mengatakan: “kaum Sayyid Al-Ba Alwiy oleh umat Muhammad saw sepanjang zaman dan di semua negeri telah diakui bulat keturunan maupun kekrabatan, dan mereka itu adalah orang-orang yang paling tinggi ilmu pengetahuan agamanya, paling banyak keutamaannya dan paling tinggi budi pekertinya.”

Al-Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam bukunya “Risatul Muawwanah” mengatakan Al-Imam Muhajir Syekh Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Al-Imam Ja’far Shadiq, ketika menyaksikan munculnya bid’ah, pengobralan hawa nafsu dan perbedaan pendapat yang makin menghangat, maka beliau hijarah dari negaranya (Iraq) dari tempat yang satu ke tempat yang lain hingga sampai di Hadramaut, beliau bermukim di sana hingga wafat.

Ahmad bin Isa, dengan maksud memelihara keturunan dari pengaruh buruk dan kesesatan yang nyata yang telah mewarnai kehidupan kekhalifahan Bani Abbas, turut pula berhijrah dari Basra ke Hadramaut pada tahun 317 H dan wafat di Hasisah pada tahun 345 Hijriah. Imam Ahmad bin Isa mempunyai empat orang putera yaitu Ali, Husein, Ubaidillah dan Muhammad. Ubaidillah hijrah bersamaayahnya ke Hadramaut dan mendapat tiga orang putera yaitu Alwi, Jadid dan Ismail (Bashriy). Dalam tahun-tahun terakhir abad ke 6 H keturunan Ismail dan Jadid punah dalam sejarah, sedangkan keturunan Alwi tetap lestari. Mereka menamakan diri dengan nama sesepuhnya, Alwi yang kemudian dikenal dengan kaum Sayyid Alawiyin (menurut Sayyid Muhammad Ahmad As-Syatri dalam bukunya Siratus-Salaf min Bani Alawi al-Husainiyyin, gelar yang diberikan oleh masyarakat Hadramaut kepada tokoh-tokoh besar Alawiyin ialah ; IMAM, dari abad III H sampai abad VII H, SYAIKH dari abad VII sampai abad XI H, HABIB dari pertengahan abad XI sampai abad XIV, SAYYID dari awal abad XIV), atau dengan logat hadramaut mereka disebut Al-Ba’Alawiy. Sejarawan Hadramaut Muhammad Bamuthrif mengatakan bahwa ‘alawiyin’ atau ‘qabilah Ba’alawiy’ dianggap qabilah yang terbesar jumlahnya di Hadramaut dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika. Qabilah Alawiyin di Hadramaut dianggap orang Yaman karena mereka tidak berkumpul kecuali di Yaman dan sebelumnya tidak terkenal di luar Yaman.

Jauh sebelum itu, yaitu pada abad-abad pertama Hijriah julukan Alawiy digunakan oleh setiap orang yang bernasab kepada Imam Ali bin Abi Thalib, naik nasab atau keturunan dalam arti yang sesungguhnya maupun dalam arti persahabatan akrab. Kemudian sebutan itu (Alawiy) hanya khusus berlaku bagi anak cucu keturunan Imam Al-Hasan dan Imam Al-Hussein. Dalam perjalanan waktu berabad-abad, akhirnya sebutan Alawiy hanya berlaku bagi anak cucu keturunan Imam Alwi bin Ubaidillah. Alwi adalah anak pertama dari cucu-cucu Imam Ahmad bin Isa yang lahir di Hadramaut. Keturunan Ahmad bin Isa yang menetap di Hadramaut ini dinamakan “ALAWIYIN” diambil dari nama cucu beliauAlwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa yang dimakamkan di kota Sumul. Dari keturunan Imam Alwiy bin Ubaidillah muncul sejumlah ‘Ulama-auliya, mereka mengkhususkan perhatian hanya kepada dakwah mengajak manusia kembali kepada kebenaran Allah swt. Setiap orang dari mereka mempunyai sanad (sandaran) yang bersambung ke Rasulullah saw.

0 komentar: